Monday, May 30, 2011

Abu Hanifah An-Nu’man (Bukti Akan Kepandaian dan Kecerdasannya)

Suatu ketika Abu Hanifah menjumpai Imam Malik yang tengah duduk bersama para sahabatnya. Setelah Abu Hanifah keluar, Imam Malik menoleh kepada mereka dan berkata, “Tahukan kalian, siapa dia?” mereja menjawab, “Tidak.” Beliau berkata, “Dialah Nu’man bin Tsabit, yang seandainya berkata bahwa tiang masjid itu emas, niscaya perkataannya menjadi dipakai orang sebagai argumen.”

Tidaklah berlebihan apa yang dikatakan Imam Malik dalam menggambarkan diri Abu Hanifah, sebab beliau memang memiliki kekuatan dalam berhujjah, cepat daya tangkapnya, cerdas dan tajam wawasannya.

Buku sejarah dan kisah sangat banyak menggambarkan kekeuatan argumentasinya dalam menghadapi lawan bicaranya ketika adu argumen, begitu pula ketika menghadapi penentang akidah. Semuanya membuktikan kebenaran pujian Imam Malik, “Seandainya dia mengatakan bahwa tanah di tanganmu itu emas, maka engkau akan membenarkannya karena alasannya yang tepat dan mengikuti pernyataannya.” Bagaimana pula jika yang dipertahankan adalah kebenaran, dan argumentasinya untuk membela kebenaran?”

Sebagai bukti, ada seorang dari Kuffah yang disesatkan oleh Allah. Dia termasuk orang terpandang dan didengar omongannya. Laki-laki itu menuduh di hadapan orang-orang bahwa Utsman bin Affan asalnya adalah Yahudi, lalu menganut Yahudi lagi setelah Islamnya.

Demi mendengar berita tersebut, Abu Hanifah bergegas menjumpainya dan berkata, “Aku datang kepadamu untuk meminang putrimu yang berkata fulanah untuk seorang sahabatku.” Dia berkata, “Selamat atas kedatangan anda. Orang seperti Anda tidak layak ditolak keperluannya wahai Abu Hanifah. Akan tetapi, siapakah peminang itu?” beliau menjawab, “Seorang yang terkemuka dan terhitung kaya di tengah kaumnya, dermawan dan ringan tangan, hafal Kitabullah, menghabiskan malam dengan satu ruku’ dan sering menangis karena takwa dan takutnya kepada Allah.”

Laki-laki itu berkata, “Wah.. wah.., cukup wahai Abu Hanifah, sebagian saja yang Anda sebutkan sudah cukup baginya untuk meminang seorang putri Amirul Mukminin.” Abu Hanifah berkata, “Hanya saja ada satu hal yang perlu Anda pertimbangkan.” Dia bertanya, “Apakah itu?” Abu Hanifah berkata, “Dia seorang Yahudi.” Mendengar hal itu, orang itu terperanjat dan bertanya-tanya, “Yahudi?! Apakah Anda ingin saya menikahkan putri saya dengan seorang Yahudi wahai Abu Hanifah? Demi Allah aku tidak akan menikahkan putriku dengannya, walaupun dia memiliki segalanya dari yang awal sampai yang akhir.”

Lalu Abu Hanifah berkata, “Engkau menolak menikahkan putrimu dengan seorang Yahudi dan engkau mengingkarinya dengan kerasnya, tapi engkau sebarkan berita kepada orang-orang bahwa Rasulullah saw. telah menikahkan kedua putrinya dengan Yahudi (yakni Utsman)?”

Seketika orang itu gemetaran tubuhnya lalu berkata, “Asataghfirullah, aku memohon ampun kepada Allah atas kata-kata buruk yang aku katakan. Aku bertaubat dari tuduhan busuk yang saya lontarkan.”

Contoh lain ada seorang khawarij bernama Adh-Dhahak Asy-Syari pernah datang menemui Abu Hanifah dan berkata:

Adh-Dhahak, “Wahai Abu Hanifah, bertaubatlah Anda.”

Abu Hanifah, “Bertaubat dari apa?”

Adh-Dhahak, “Dari pendapat Anda yang membenarkannya tahkim antara Ali dan Muawiyah.”

Abu Hanifah, “Maukan Anda berdiskusi dengan saya dalam masalah ini?”

Adh-Dhahak, “Baiklah, saya bersedia.”

Abu Hanifah, “Bila kita nanit berselisih paham, siapa yang akan menjadi hakim di antara kita?”

Adh-Dhahak, “Pilihlah sesuka Anda.”

Abu Hanifah menoleh kepada seorang Khawarij lain yang menyertai orang itu lalu berkata:

Abu Hanifah, “Engkau menjadi hakim di antara kami.” (dan kepada orang pertama beliau bertanya,) “Saya rela kawanmu menjadi hakim, apakah engkau juga rela?”

Adh-Dhahak, “Ya, saya rela.”

Abu Hanifah, “Bagaimana ini, engkau menerima tahkim atas apa yang terjadi di antara saya dan kamu, tapi menolak dua sahabat Rasulullah yang bertahkim?”

Maka orang itu pun mati kutu dan tak sanggup berbicara sepatah kata pun.

Contoh yang lain lagi, bahwa Jahm bin Sofwan, pentolan kelompok Jahmiyah yang sesat, penyebar bid’ah dan ajaran sesat di bumi pernah mendatangi Abu Hanifah seraya berkata:

Jahm, “Saya datang untuk membicarakan beberapa hal yang sudah saya persiapkan.”

Abu Hanifah, “Bedialog denganmu adalah cela dan larut dengan apa yang kamu bicarakan berarti neraka yang menyala-nyala.”

Jahm, “Bagaimana Anda bisa memvonis saya demikian, padahal Anda belum pernah bertemu denganku sebelumnya dan belum pernah mendengar pendapat-pendapat saya?”

Abu Hanifah, “Telah sampai kepada saya berita-berita tentangmu yang telah berpendapat dengan pendapat yang tidak layak keluar dari mulut ahli kiblat (muslim).

Jahm, “Anda menghakimi saya secara sepihak?”

Abu Hanifah, “Orang-orang umum dan khusus sudah mengetahui perihal Anda, sehingga boleh bagiku menghukumi dengan sesuatu yang telah mutawatir kabarnya tentang Anda.”

Jahm, “Saya tidak ingin membicarakan dan menanyakan tentang apa-apa kecuali tentang keimanan.”

Abu Hanifah, “Apakah hingga saat ini kamu belum mengetahui juga tentang masalah itu hingga perlu menanyakan kepada saya?”

Jahm, “Saya memang sudah paham, namun saya meragukan salah satu bagiannya.”

Abu Hanifah, “Keraguan dalam keimanan adalah kufur.”

Jahm, “Anda tidak boleh menuduh saya kufur sebelum mendengar tentang apa yang menyebabkan saya kufur.”

Abu Hanifah, “Silakan bertanya!”

Jahm, “Telah sampai kepadaku tentang seorang yang mengenal dan mengakui Allah dalam hatinya bahwa Dia tak punya sekutu, tak ada yang menyamai-Nya dan mengetahui sifat-sifat-Nya, lalu orang itu mati tanpa menyatakan dengan lisannya, orang ini dihukumi mukmin atau kafir?”

Abu Hanifah, “Dia mati dalam kafir dan menjadi penghuni neraka bila tidak menyatakan dengan lidahnya apa yang diketahui oleh hatinya, selagi tidak ada penghalang baginya untuk mengatakannya.”

Jahm, “Mengapa tidak dianggap sebagai mukmin padahal dia mengenal Allah dengan sebenar-benarnya?”

Abu Hanifah, “Bila Anda beriman kepada Al-Qur’an dan mau menjadikannya sebagai hujjah, maka saya akan meneruskan bicara. Tapi jika engkau tidak beriman kepada Al-Qur’an dan tidak memakainya sebagai hujjah, maka berarti saya sedang berbicara dengan orang yang menentang Islam.”

Jahm, “Bahkan saya mengimani dan menjadikannya sebagai hujjah.”

Abu Hanifah, “Sesungguhnya Allah menjadikan iman atas dua sendi, yaitu dengan hati dan lisan, bukan dengan salah satu darinya. Kitabullah dan hadits Rasulullah jelas-jelas menyatakan hal itu:

Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu Lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari Kitab-Kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan Kami, Kami telah beriman, Maka catatlah Kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad s.a.w.). Mengapa Kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada Kami, Padahal Kami sangat ingin agar Tuhan Kami memasukkan Kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh ?". Maka Allah memberi mereka pahala terhadap Perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya. dan Itulah Balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya),” (Al-Maidah: 83-85).

Karena mereka mengetahui kebenaran dalam hati lalu menyatakannya dengan lisan, maka Allah memasukkannya ke dalam surga yang di dalamnya terdapat sungai-sungai yang mengalir karena pernyataan keimanannya itu. Allah Ta’ala juga berfirman:

“Katakanlah (hai orang-orang mukmin): ‘Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya’,” (Al-Baqarah: 136).

Allah menyuruh mereka mengucapkannya dengan lisan, tidak hanya cukup dengan ma’rifah dan ilmu saja. Begitu pula dengan hadits Rasulullah saw, “Ucapkanlah, Laa ilaaha illallah, niscaya kalian akan beruntung.”

Maka belumlah dikatakan beruntung bila hanya sekedar mengenal dan tidak dikukuhkan dengan kata-kata.

Rasulullah saw. bersabda, “Akan dikeluarkan dari neraka barangsiapa megucapkan laa ilaaha illallah..”

Dan Nabi tidak mengatakan, “Akan dikelaurkan dari neraka barangsiap yang mengenal Allah.”

Kalau saja pernyataan lisan tidak diperlukan dan cukup hanya sekedar dengan pengetahuannya, niscaya Iblis juga termasuk mukmin, sebab dia menganal Rabbnya, tahu bahwa Allahlah yang menciptakannya, juga yang akan membangkitkannya, tahu bahwa Allah menyesatkannya. Allah Ta’ala berfirman tatkala menirukan perkataannya.

Saya lebih baik daripadanya: Engkau cipatakan saya dari api sedangkan ia Engkau ciptakan dari tanah,” (Al-A’raf: 12).

Kemudian:

“Berkata Iblis, ‘Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tanggulah kepadaku sampai hari manusia dibangkitkan’.” (Al-Hijr: 36).

Juga firman Allah Ta’ala:

Iblis menjawab, “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yagn lurus,” (Al-A’raf: 16).

Seandainya apa yang engkau katakan itu benar, niscaya banyaklah orang-orang kafir yang dianggap beriman karena mengetahui Rabbnya walaupun mereka ingkar dengan lisannya.

Firman Allah Ta’ala:

Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini kebenarannya,” (An-Naml: 14).

Padahal mereka tidak disebut mukmin meski meyakininya, justru dianggap kafir karena kepalsuan lisan mereka.

Abu Hanifah terus menyerang Jahm bin Shafwan dengan hujjah-hujjah yang kuat, adakalanya dengan Al-Qur’an dan adakalanya dengan hadits-hadits. Akhirnya orang itu kewalahan dan tampaklah raut kehinaan dalam wajahnya. Dia enyah dari hadapan Abu Hanifah sambil berkata, “Anda telah mengingatkan sesuatu yang telah saya lupakan, saya akan kembali kepada Anda.” Lalu dia pergi untuk tidak kembali.

Kasus yang lain, sewaktu Abu Hanifah berjumpa dengan orang-orang atheis yang mengingkari eksistensi Al-Khaliq. Beliau bercerita kepada mereka:

“Bagaimana pendapat kalian, jika ada sebuah kapal diberi muatan barang-barang, penuh dengan barang-barang dan beban. Kapal tersebut mengarungi samudera. Gelombangnya kecil dan anginnya tenang. Akan tetapi setelah kapalnya sampai di tengah tiba-tiba terjadi badai besar. Anehnya kapal terus berlayar dengan tengang sehingga tiba di tujuan sesuai rencana tanpa goncangan dan berbelok arah, padahal tak ada nahkoda yang mengemudikan dan mengendalikan kapal. Masuk akalkah cerita ini?”

Mereka berkata, “Tidak mungkin. Itu adalah sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal, bahkan oleh khayal sekalipunn, wahai syaikh. Lalu Abu Hanifah berkata, “Subhanallah, kalian mengingkari adanya kapal yang berlayar sendir tanpa pengemudi, namun kalian mengakui bahwa alam semesta yang terdiri dari lautan yang membentang, langit yang penuh bintang dan benda-benda langit serta burung yang berterbangan tanpa adanya Pencipta yang sempurna penciptaan-Nya dan mengaturnya dengan cermat?! Celakalah kalian, lantas apa yang membuat kalian ingkar kepada Allah?”

Begitulah, Abu Hanifah menghabiskan seluruh hidupnya untuk menyebarkan dienullah dengan kekuatan argumen yang dianugerahkan Al-Khaliq kepadanya. Beliau menghadapi para penentang dengan argumentasinya yang tepat.

Tatkala ajal menjemputnya, ditemukan wasiat beliau yang berpesan agar dikebumikan di tanah yang baik, jauh dari segala tempat yang berstatus syubhat (tidak jelas) atau hasil ghasab.

Ketika wasiat itu didengar oleh khalifah Al-Manshur beliau berkata, “Siapa lagi orang yang lebih bersih dari Abu Hanifah dalam hidup dan matinya.”

Di samping itu, beliau juga berpesan agar jenazahnya kelak dimandikan oleh Al-Hasan bin Amarah. Setelah melaksanakan pesannya, Ibnu Amarah berakta, “Semoga Allah merahmati Anda wahai Abu Hanifah, semoga Allah mengampuni dosa-dosa Anda karena jasa-jasa yang telah Anda kerjakan, sungguh Anda tidak pernah putus shoum selama tiga puluh tahun, tidak berbantal ketika tidur selama empat puluh tahun, dan kepergian Anda akan membuat lesu para fuqaha setelah Anda.”

Diadaptasi dari Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya, Shuwaru min Hayati at-Tabi’in, atau Mereka Adalah Para Tabi’in, terj. Abu Umar Abdillah (Pustaka At-Tibyan, 2009), hlm. 406-416.

Friday, May 27, 2011

Puisi Zaman


I

Ini

Adalah sebuah puisi zaman

Satu penceritaan empat dekad

Tentang keperkasaan dan keberanian

Dalam mengumpul akal budi

Bagi mengubah jati diri

Yang selamanya berpindah randah

Dari sebuah ideologi ke sebuah ideologi

Lalu

Minda dan hati terus bercelaru

Dan terus berbagi

Sehinggalah

Datang waktu itu

Wajah-wajah segak

Para pendiri dan pemberani

Tokoh-tokoh muda berjambang nipis dan berkumis

Dengan getar suara mereka

Dan aksi terbuka di mana-mana

Mula sahut bersahut

Dari kampus ke kota

Lalu menuju ke desa-desa

Dengan penuh iltizam

Para pemberani dan perintis itu

Membangkit dan membakar semangat gerakan

Menggarap seluruh kekuatan

Lalu mendekati setiap sasaran

Di desa mahupun di pekan

Menyeru dan merayu

Bagaikan Maulana Rumi bersenandung ketika memanggil semua

“Ke marilah sesiapa jua

Para pengembara – pengelamun, pencinta dunia – tidak peduli siapa pun kalian

Justeru ini bukannya karavan insan-insan berputus asa

Ke marilah,

Kendatipun,

Kau telah melanggar sumpahmu seribu kali

Ke marilah dan ke marilah lagi,

Ke mari……… ke marilah”

II

Tapi

Tika tiba

Nahdah itu

Satu kebangkitan

Bagai arus pasang besar

Menyongsong semangat juang

Para pria para santri

Siswa dan siswi

Lalu

Kami mula menggenggam tangan ke udara

Dengan yakin diri

Untuk tidak malu-malu

Menyatakan

Bahawa

Kamilah pendayung “Bahtera Merdeka”

Yang bangkit sesudah robohnya Kota Melaka

Di sini

Terbina satu tali

Yang mengikat erat persahabatan, persaudaraan

Oleh sumpah dan bay’ah

Demi bersama merubah

Mengangkat martabat Ummah

Di sini

Kami dewasa

Dengan perjuangan di setiap medan

Dicemburui semua

Yang tidak pernah bersama

Setiap bukit didaki

Setiap lembah dituruni

Setiap teluk dan selat dilalui

Ada yang sampai ke puncak

Ada yang tergelincir di perjalanan

Tidak kurang yang bertukar haluan

Mencari destinasi baru

Namun kami tetap kembali ke pengkalan

Pulang ke pangkal jalan

Bila tersasar dari tujuan

III

Ah...!

Mereka yang berbuat onar

Dan berkhianat

Lupa diri dek dunia yang dihambat

Akan hanyut dari zaman

Akan terbuang dari ingatan

Ah…!

Bagi mereka yang berbuat onar dan berkhianat

Akan hancur lumat oleh kesumat

Justeru,

Mereka yang menabur benihnya

Akan menuai badainya jua

Mereka yang berpura-pura

Akhirnya akan sengsara

Dan kami generasi-generasi

Para pemula, perintis dan penerus

Akan tetap melangkah dan terus melangkah

Akan tetap berlari dan terus berlari

Berkayuh dan berkayuh

Merangkak dan berpapah

Hingga ke garis penamat

Kerana kami adalah anak-anak zaman

Yang tak akan terlupakan

Kerana kami telah punya citra

Punya sejarah berani lagi bererti

Yang bakal dibawa mati

Bersama daftar panjang para pejuang

Mohd. Anuar Tahir

Alor Setar, 4 Mei 2011

Puisi Dideklamasikan Sempena Forum Pengkisahan Sejarah 40 Tahun ABIM, 14 Mei 2011, Shah Alam.

Wednesday, May 25, 2011

KEHEBATAN PEDANG NANO SALAHUDDIN

Dunia Islam dikenali memiliki kandungan sumber alam yang melimpah-ruah. Salah satu sumber mineral yang memiliki pengertian penting dalam sejarah teknologi Islam adalah besi. Pada era kegemilangan Islam, berkembang pesat teknologi penghasilan besi dan seni membuat pedang.

Salah satu pusat pembuatan pedang dengan teknologi yang termasyhur pada zaman kekhalifahan adalah Damsyik, Syria. Seni pembuatan pedang dengan teknologi tinggi dalam peradaban Islam bermula pada abad ke-9 M. Sejarawan Al-Qalqashandi dalam buku berjudul 'Subh Al-Asha' mencatatkan bahawa pada abad ke-12 M, Damsyik menjadi puat penghasilan besi yang sangat masyhur.

Pedang buatan Damsyik yang kerap disebut sebagai pedang Persia sangat lentur dan tajam. Kehebatan pedang dari dunia Islam sempat membuat peradaban Barat 'terdiam' dan kagum. Salah satu faktor penyebab kekalahan pasukan Tentera Perang Salib dari Eropah ketika bertempur melawan tentera Muslim adalah peralatan tempur. Selain memiliki kuda-kuda yang kuat di medan perang, pasukan tentera Muslim juga dilengkapi dengan pedang yang mampu membelah manusia dengan satu kali libasan.

Pedang Persia sememangnya mengagumkan. Ia mampu memotong sutera yang dijatuhkan dari udara. Bukan itu sahaja, pedang buatan Damsyik juga mampu mematahkan bilah pedang lain atau batu tanpa hilang ketajamannya.

Ketika zaman Perang Salib, peradaban Barat mula mencari rahsia teknologi pedang yang dikuasai dunia Islam. Tentera Perang Salib menyebut besi yang sangat hebat dari Damsyik itu sebagai 'Damascus Steel'. Teknologi pembuatan besi dan pedang Damsyik begitu terkenal kerana mampu menempa wootz steel menjadi indah dan lentur.

Sejak Zaman Nabi Daud a.s

Hal ini terungkap dalam Surah Al-Anbiyaa ayat 80. Allah SWT berfirman :

"Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu. Maka, hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah)."

Fakta lainnya yang menyebutkan pembuatan besi yang telah berkembang pada zaman Nabi Daud a.s juga dengan diungkapkan dalam Surah Saba ayat 10 :

"Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami berfirman),

Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud, dan Kami telah melunakkan besi untuknya."

Dalam Surah Saba ayat 11, Al-Quran juga memerintahkan dan menjelaskan cara membuat baju besi.

"Buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya, dan kerjakanlah amalan yang soleh. sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan."

"Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya)."

(An-Nahl : 81)

Teknologi Nano

Keistimewaan Pedang Salahuddin Al-Ayubi telah dibongkar oleh Prof. Dr. Peter Paufler dan kumpulannya di Universiti Teknikal Dresden, Jerman apabila mereka menemui tiub karbon nano (carbon nanotube) di dalam pedang yang digunakan oleh Salahuddin Al-Ayubi dan tentera-tentera Islam dalam peperangan Salib.

Tiub karbon nano inilah yang telah menjadikan pedang-pedang pejuang Islam sangat istimewa, sangat tajam tetapi mudah lentur. Penemuan ini telah diterbitkan oleh jurnal Nature (antara jurnal saintifik paling berpengaruh di dunia) pada tahun 2006.

Kunci kepada teknologi nano pedang mujahidin Islam ini terletak pada teknik pembuatannya yang unik. Bijih besi dari India yang dikenali sebagai wootz mengandungi sejumlah peratusan unsur karbon (carbon) yang memberikannya sifat rapuh (brittle).

Apabila dikenakan suhu yang amat tinggi, sekitar 800 darjah Celcius, campuran besi dan karbon tadi akan ditambah dengan unsur-unsur seperti Kromium, Mangan, Kobalt dan beberapa unsur lain yang telah memberikannya sifat-sifat sebilah pedang setiawan.

Sayang sekali, teknologi ini telah lenyap menginjak kurun ke-18 seiring dengan kepupusan bijih besi dan unsur-unsur penguat pedang tadi. Penempa-penempa pedang ini, biarpun secara tidak sedar telah meletakkan dua asas penting kepada permulaan sains bahan moden :

  1. Campuran bahan-bahan kimia pada peratusan yang sesuai.
  2. Teknik penggunaan haba yang tinggi untuk pembikinan produk.

Pedang nano Salahuddin Al-Ayubi yang berwarna kebiru-biruan dengan larik-larik mengufuk di sepanjang bilahnya telah 'mengajar' pedang lebar tentera Britain kepunyaan Raja Richard I (Panglima Tentera Salib) akan erti kehebatan teknologi Islam pada zaman itu seperti yang dihikayatkan oleh Sir Walter Scott di dalam bukunya "The Talisman".

(Dipetik daripada : Majalah i)

Disediakan oleh Nourin Hamra


Monday, May 23, 2011

Minda Aku Tertawan

Pesta Buku Antarabangsa Kuala Lumpur (PBAKL) 2011 di PWTC adalah pesta buku kali ke 7 pernah aku hadiri. Semakin hari semakin mantap penganjurannya. PBAKL adalah acara tahunan yang aku nanti-nantikan. Buku-buku baru dan lama dihimpunkan untuk dijual dengan harga diskaun dan asal. Apabila terjumpa dengan buku karya Hamka pasti ingatan ku akan terhimbau seketika.

Kenangan menghadiri Pesta Buku Islami di Jakarta 2010 sewaktu XPDC HAMKA II bersama Wak Ijat, Anuar Ismail & Mawi. Menziarahi makam Buya Hamka dan pertemuan bermakna bersama Ibu Fatihah, Pak Afif dan Pak Rusydi (anak-anak Buya Hamka). Malah aku dan adik-adik GPTD sempat lawat ke Gudang Panjimas, sebuah syarikat penerbitan dan percetakan milik famili Buya Hamka yang kini diurustadbir oleh cucunya iaitu Bang Yousran Rusydi. Terima kasih kepada Bang Yousran kerana hadiahkan beberapa koleksi karya Hamka buat Pustaka Madani, milik GPTD Unisel dan rujukan umat.

Kembali ke PBAKL 2011. Aku dihubungi oleh Pak Raja. Beliau maklumkan tentang buku baharu Minda Tertawan Intektual, Rausyanfikir dan Kuasa. Raja Ahmad Aminullah adalah penulis, editor dan penerbit yang pernah menawarkan aku menulis puisi. Aku duduk mendagu. Itulah tajuk puisi ku yang pernah diterbitkan dalam sebuah buku berjudul katahati. Buku tersebut pernah dikomentar oleh Pak Samad Sasterawan Rakyat. Beliau menyinggung semangat Pak Raja yang berjaya mengumpulkan anak muda merakamkan luahan rasa sehingga terlupa meletakkan tahun terbitan dalam buku tersebut dengan nada seloka.

Kembali ke buku Minda Tertawan. Mendengarkan sahaja tentang tajuknya, Minda dan hati aku sudah tertawan. Bukan sahaja kerana penulisnya adalah Pak Raja seorang budayawan. Tajuknya juga tertarik dan menarik. Malah dengan cover yang simple memang pasti akan menarik hati untuk di baca Sang Algojo buku (Pengkritik Buku - Mencantas, memancung pemikiran penulis). Pak Raja memang jujur dalam tulisannya seperti jujurnya surat kiriman rasmi beliau kepada Tun Mahathir (Perdana Menteri) sewaktu ketika dahulu.

Sindiran dan kritikan beliau terhadap sikap pemikir, cendiakawan dan budayawan yang penakut dan takut dalam bayangan sendiri memang tepat sekali. Mereka menghidapi sindrom ABS iaitu Asal Bapak Senang. Memuji dan membenarkan dalam senyap (diam tandanya setuju) setiap apa yang diungkapkan oleh Penguasa Pemerintah dan politik. Ya asalkan bosnya senang dan selesa. Malah sindrom ini merebak juga sehingga kepada aktivis politik pembangkang dan NGO. Ini memang parah jika terus berlaku.

Sepatutnya yang berlaku adalah sang pemikir, budayawan, ahli akademik dan mahasiswa (golongan intelektual) berani dan bebas menyatakan sudut pandangan mereka yang benar berdasarkan kepakaran bidang masing-masing sebagai orang yang berjiwa merdeka. Sebagaimana mana pesanan Burhanuddin Al-Helmy:"Di atas robohan kota Melaka, Kita bangunkan jiwa merdeka". Maka apabila golongan intektual sudah tidak berani maka tidak takutlah penguasa untuk mengkhianati peranan mereka. Jadi tertawanlah pemikiran, fikrah mereka semua kepada sang penguasa yang zalim. Cuma yang meronta hanya di dalam sudut hati yang tidak diterjemahkan ke dalam aksara-aksara yang mampu di baca insan lain.

Minda Tertawan juga membuka minda aku apabila Pak Raja mengingatkan tentang wujud pelbagai pusat kekuasaan kecil atau besar dalam komuniti umat. Selain parti politik pemerintah, parti oposisi juga punya wilayah pengaruhnya. Makanya, peranan NGO yang ada wilayah pengaruh yang tersendiri harus dimainkan. Kadang-kadang wilayah pengaruhnya lebih besar daripada anggota penggerak NGO tersebut. Dinyatakan Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM), Comsumers Association of Penang (CAP), Malaysian Trade Unions Congress (MTUC) mampu mewakili umat menyatakan sikap benar kepada penguasa. Mereka istiqomah dengan prinsip non-partisan.

Nama-nama besar seperti Siddiq Fadzil, Zainur Zakaria, SM Mohamad Idris, Ahmad Azam yang terlibat dalam NGO sudah memiliki khalayak yang tersendiri. Mereka mampu memberikan suntikan vaksin daripada diserang sindrom ABS. Buah pemikiran dan pencerahan yang diberikan amat bermakna kepada umat. Tambahan pula mereka berjuang tanpa kepentingan kuasa politik. Mereka bukan mahukan ghanimah (harta rampasan perang). Maka alhamdulillah, aku rasa sangat beruntung kerana dapat berada di bawah naungan tersebut iaitu Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) dan Grup Penjejak Tamadun Dunia (GPTD). Mendapat pencerahan keilmuan. Minda Aku Tertawan dengan keikhlasan, ketulusan, kesungguhan, kebaktian & keilmuan gerakan ini. Gerakan telah menjadi guru buat diri ku.


"Selamat Hari Guru"


IZWAN SUHADAK ISHAK

16 Mei 2011 @Bestari Jaya

Friday, May 20, 2011

Vasco da Gama

Pada hari ini, saya ada terbaca mengenai seorang tokoh yang berpengaruh Portugal iaitu Vasco da Gama dan saya berkongsi serba sedikit cerita tentang beliau. Beliau seorang penyelidik yang menemui jalan laut dari eropah ke india. Orang-orang eropah iaitu orang portugis sudah lama mahu mencari jalan laut kerana jalan darat telah dikuasai oleh pedagang islam. Namun tahun 1488 ekspidisi portugis yang pertama telah sampai di selatan afrika yang iaitu Bartolomeus Dias. Raja portugis telah lama untuk mencari jalan terpendek ke sebelah timur(india). Namun raja portugis telah mengarahkan bangsawan dari kelas rendah yang bernama Vasco da Gama untuk mengetuai ekspedisi ke india.

Perjalanan Vasco da Gama ke timur menerima banyak halangan termasuk terpaksa memberanikan diri untuk melalui kawasan yang dikuasai pedagang islam seperti Kenya. Kebanyakan kawasan utara afrika dikuasai islam sejak zaman khulafa arrasyidin. Pelayaran berbulan-bulan akhirnya Vasco da Gama sampai ke Calicut,india iaitu kawasan perdagangan paling penting di selatan india. Vasco da Gama disambut baik oleh Zamorin pemerintah Calicut yang beragama hindu. Di Calicut, Vasco da Gama diberi barang-barang dagangan seperti rempah-rempah agar sampai ke Portugal.

Sewaktu perjalanan pulang ke Portugal yang merentasi laut arab, ramai anak-anak kapal terkena penyakit dan hanya beberapa yang selamat sampai ke Portugal. Berita kepulangan Vasco da Gama telah sampai ke pangkuan Raja yang memahami perjalanan yang penuh Berjaya dan mencabar. Beberapa bulan kemudian, Raja Portugal menghantar lagi ekspedisi dibawah pimpinan Pedro Alvares Cabral. Beliau tiba di india dan pulang ke Portugal. Akan tetapi beberapa anak kapal cabral terbunuh di Calicut sehingga Vasco da Gama dihantar untuk menyerang Calicut.

Kali I ni Vasco da Gama tidak berlembut lagi terhadap pedagang luar dan merampas barang-barang dagangan dan membakar kapal-kapal. Sampai Vasco da Gama di Calicut, beliau meminta Zamorin supaya menghalau semua pedagang islam dari pelabuhan. Kerana takut, akhirnya zamorin mati dibunuh dan pelabuhannya dimusnahkan dan ditawan. Akibat berlakunya kemusnahan pelabuhan Calicut pedagang islam terpaksa mencari lokasi perdagangan yang lain. Berita tentang kemenangan ini mengembirakan raja Portugal dan raja menberi hadiah kepada Vasco da Gama. Perjalanan Vasco da Gama sangat penting buat orang portugis kerana beliau telah membuka laluan laut antara eropah dan india serta ke timur yang menjadi panduan pelayar-pelayar barat. Sehingga berlakunya revolusi negara-negara eropah untuk pencarian tanah jajahan disebelah timur.


Disediakan oleh Muhammad Izzat, Presiden GPTD Unisel

Thursday, May 19, 2011

Bedah Buku - Minda Tertawan

Semua dijemput hadir ke acara Bedah Buku. Buku yang akan diulas berjudul Minda Tertawan, Intelektual, Rausyanfikir dan Kuasa. Dihasilkan oleh Raja Ahmad Aminullah seorang budayawan. Acara ini bersifat santai, boleh membaca makanan sambil berborak tentang kandungan buku ini. Jika anda memilih untuk ikuti dan mendengar sahaja juga dialu-alukan. Bersama kita menghayati Budaya Ilmu di kampus.

Wednesday, May 18, 2011

LAWAT ke Gurdwara Sahib Bestari Jaya

Bestari Jaya, 18 Mei 2011 - Lawatan Rumah Ibadah (LAWAT) anjuran Grup Pengkaji Tamadun Dunia Unisel (GPTD) telah dilaksanakan dengan penuh santai dan hikmah. Tujuan lawatan ini adalah untuk membina hubungan kemanusiaan dan saling kenal mengenali latarbelakang agama masing-masing. Guru di Gurdwara Sahib, Rumah Berhala Sikh Bestari Jaya telah menyambut kehadiran rombongan GPTD dengan penuh kemesraan. Guru yang berasal dari India hanya boleh bertutur dalam bahasa Punjabi.

LAWAT telah mengadakan Dialog Khas dengan bantuan penterjemah, Sdr Khasmir yang juga warganegara India tetapi boleh berbahasa Melayu kerana sudah lima tahun bekerja di Malaysia. Dialog Khas berkisar tentang kitab, hukum, amalan, tokoh agama masing-masing. LAWAT telah diketuai oleh En. Izwan Suhadak selaku Penasihat GPTD Unisel dan diiringi oleh Sdr Nor Hafiz dan Sdri. Hafiza Arifah. LAWAT adalah usaha ziarah ke rumah ibadah untuk mengkaji dan memahami lebih lanjut tentang agama yang dianuti. "Ini adalah LAWAT yang pertama secara rasmi. Sebelum ini kita pernah ke Gereja White House di Batu Arang yang menempatkan pesakit-pesakit HIV dari kalangan muslim", kata En Izwan. Jika ada yang berminat untuk turut serta dalam LAWAT sila hubungi 010.269.3310 (Amy) atau emel ke gptdunisel@gmail.com.

- Unit Media

Tuesday, May 17, 2011

BINTANG DI LANGIT KEHIDUPAN

Ditulis Oleh: Wan Ritini binti Wan Ismail

Aku mahu jadi pendidik!”

Itu nekadku sewaktu masih di sekolah rendah. Aku mahu jadi guru kerana dimotivasikan oleh guru-guruku ketika itu. Kesungguhan, ketelitian, dan ajaran mereka membuatkan aku percaya bahawa aku mesti meneruskan legasi pendidik ini.


Guru,

Tidak pernah berkira soal masa, wang, dan komitmen,

Jarang sekali berkerut kerana marah,

Sulit untuk ku hitung keluh-kesah mereka.

Islam mengangkat martabat seorang guru ke tempat yang tinggi dan memuliakan mereka kerana anugerah ilmu mereka kepada kita dalam melahirkan ahsan nas (manusia yang lebih baik). Tugas menyampaikan ilmu bukanlah suatu tugas yang mudah buat seorang cikgu, murabbi, muaddib, teacher, ustaz, dan semua gelaran yang melambangkan penghormatan buat mereka.

Kesabaran dalam mendidik kita daripada seorang manusia yang tidak tahu memegang pensel kepada seorang murid yang kenal tulis baca, pandai kira, dan yang lebih penting….faham erti sebuah hidup dan kehidupan. Jika ibu bapa adalah guru kita di rumah, mereka pula adalah pengganti ibu bapa apabila kita berada di sekolah.

Sabda Rasulullah s.a.w “Sesiapa yang mengajak kepada satu petunjuk, maka dia akan memperoleh pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, yang mana pahala mereka tidak dikurangi sedikit pun. Dan sesiapa yang mengajak kepada kesesatan, maka dia akan mendapat dosa seperti dosa orang yang mengikutinya, yang mana dosa mereka sedikit pun tidak dikurangkan

Riwayat Muslim, Abu Daud & Al Tirmizi

Berdasarkan hadith ini, ia adalah satu peluang untuk mendorong para guru dan bakal guru supaya membudayakan ilmu dalam kehidupan. Tradisi memberi dan menerima ilmu perlu disuburkan dalam setiap peringkat iaitu tadika, universiti, akademi, dan insititusi-institusi lain.

Kebahagiaan dan kegembiraan jelas terpancar di wajah mereka seandainya kita mampu mentadabburkan ilmu yang diberi dalam setiap aspek kehidupan. Mungkin kerana itulah, mereka berusaha bersungguh-sungguh bagi merealisasikan maksud hadith ini ke jalan yang diredhai Allah.

Lembut bicara mereka menggambarkan citra seorang guru. Dalam ketegasan, ada senyum manis dan tawa mereka. Mereka tidak meminta untuk dihadiahkan segunung intan, cukup sekadar cita-cita muridnya menjadi kenyataan.

Buat semua guru, kalian adalah pencorak masa depan bunga-bunga bangsa. Jangan pernah putus asa dalam mendidik mereka. Teringat pesan Pak Harfan kepada Buk Muslimah dalam filem Laskar Pelangi “Yang penting kita, tak boleh putus asa. Tugas kita menyakini anak-anak ini bahawa mereka harus berani punya cita-cita.” Guru-guru mestilah sentiasa positif apabila berdepan dengan pelbagai kerenah murid-murid. Jangan pernah sisihkan mereka hanya kerana mereka berada dalam kelas tercorot, apatah lagi andainya mereka terlalu menjauhkan diri kerana rasa kekurangan sendiri.

Setiap daripada murid punyai kelebihan mereka yang tersendiri, bergantung pada ibu bapa dan guru-guru untuk membantu mengasah bakat dan keupayaan mereka. Jadilah guru yang bersikap seperti seorang ‘mentor’ atau ‘penasihat’ dan bukannya seorang ‘penghukum’ kepada setiap tindakan murid-muridnya. Acuan yang terbaik dari seorang guru bakal melahirkan generasi yang bukan sahaja celik ilmu, tetapi juga celik akal dan hati budinya. Berbahagialah bagi mereka yang bergelar pendidik.

Mari kita renung sejenak antara pesanan Luqmanul Hakim kepada anaknya “Janganlah sekali-kali engkau mengirimkan seseorang yang bodoh menjadi utusan. Jika tidak ada orang yang cerdas dan pintar, sebaiknya dirimu sendiri yang menjadi utusan.”

Selamat Hari Guru buat semua yang bergelar guru. Jasa dan bakti kalian tidak terbanding hatta dihamparkan helaian-helaian wang kertas yang banyak. Terima kasih kerana mendidik kami semua suatu ketika dahulu. Moga redha Allah sentiasa bersama kalian. Andalah bintang di langit kehidupan kami…

Dialah pemberi paling setia

Tiap akar ilmu miliknya

Pelita dan lampu segala

Untuk manusia sebelum jadi dewasa.

Dialah ibu dialah bapa juga sahabat

Alur kesetiaan mengalirkan nasihat

Pemimpin yang ditauliahkan segala umat

Seribu tahun katanya menjadi hikmat.

Jika hari ini seorang Perdana Menteri berkuasa

Jika hari ini seorang Raja menaiki takhta

Jika hari ini seorang Presiden sebuah negara

Jika hari ini seorang ulama yang mulia

Jika hari ini seorang peguam menang bicara

Jika hari ini seorang penulis terkemuka

Jika hari ini siapa sahaja menjadi dewasa;

Sejarahnya dimulakan oleh seorang guru biasa

Dengan lembut sabarnya mengajar tulis-baca.

Di mana-mana dia berdiri di muka muridnya

Di sebuah sekolah mewah di Ibu Kota

Di bangunan tua sekolah Hulu Terengganu

Dia adalah guru mewakili seribu buku;

Semakin terpencil duduknya di ceruk desa

Semakin bererti tugasnya kepada negara.

Jadilah apa pun pada akhir kehidupanmu, guruku

Budi yang diapungkan di dulangi ilmu

Panggilan keramat "cikgu" kekal terpahat

Menjadi kenangan ke akhir hayat.

USMAN AWANG

1979


Nota : Penulis adalah Moderator Grup Penulis GPTD Pusat. Kini bertugas di Lembaga Zakat Selangor. Aktif menulis cerpen dan rencana. Boleh ikuti tulisan beliau di dalam blog : http://tintapenulis.blogspot.com/

Monday, May 16, 2011

Pengkisahan ABIM memberi inspirasi

Shah Alam, 14 Mei 2011 - Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) dengan usahasama Universiti Selango (UNISEL) telah menganjurkan Forum Pengkisahan ABIM sempena ulangtahun ke 40. Mahasiswa, wakil-wakil persatuan juga dijemput hadir. Kehadiran seramai 2000 orang memenuhi Dewan Serbaguna Unisel Shah Alam mendengar dengan khusyuk dan perhatian dengan sekali sekali gelak ketawa dek kerana celoteh pengalaman mantan-mantan presiden ABIM iaitu Prof Dr Razali Nawawi, YB Dato' Seri Anwar Ibrahim dan Prof Dr Datuk Siddiq Fadzil. Pengkisahan dan pesanan mereka memang memberi inspirasi kepada perjuangan ummat Islam di Malaysia dan dunia.

Peranan dan sumbangan ABIM kepada negara dan antarabangsa memang tidak dapat dinafikan sehingga diperakui oleh sarjana dalam dan luar negara. Anwar Ibrahim adalah nama yang dicatatkan sebagai orang yang paling berperanan besar dalam kesedaran Islam di Malaysia khasnya. Dr Siddiq Fadzil juga berpesan kepada generasi jamaah "Keinginan kami adalah ingin mendidik adik-adik & anak-anak supaya berjuang tanpa mengharapkan apa-apa. Kita hanya harapkan redha Allah saja". Tetamu khas yang hadir adalah Tokoh Maal Hijrah, Syeikh Wahbah Zuhayli yang berpesan agar para pejuang dan daie meneladani kisah nabi dan rasul yang diuji dengan pelbagai mehnah dan tribulasi. Turut hadir dalam acara ini adalah aktivis GPTD seluruh Malaysia.

Nota : GPTD digagaskan oleh Presiden ABIM yang ke-5, Tn Hj Ahmad Azam Abdul Rahman.

Laskar Pelangi menyentuh hati

Bestari Jaya, 12 Mei 2011 - Grup Pengkaji Tamadun Dunia (GPTD) Unisel berjaya melaksanakan acara Bedah Filem Siri-2 di Unisel Kampus Bestari Jaya di Bilik Seminar 3, FITM. Sambutan daripada pelajar amat membanggakan pihak penganjur. Seramai 25 orang daripada kalangan mahasiswa dan aktivis GPTD Pusat hadir pada acara malam ini. Selesai tayangan filem Laskar Pelangi pada jam 10.00 malam, diskusi pun bermula. En Izwan Suhadak memulakan bicara dengan ulasan ringkas tentang penulis novel Laskar Pelangi, Andrea Hirata dan pengarah filem Riri Riza.

"Filem ini dipilih kerana kandungan dan mesejnya sangat terkesan kepada ahli GPTD. Terutama semasa persiapan XPDC HAMKA. Di Maninjau kami semua tinggal bersama santri di Pesantren Prof Dr Hamka yang ketika itu baru dilanda gempa dan tanah runtuh. Mereka mempertahankan sekolah mereka walaupun ada segelintir pelajar yang berhenti.", kata Muhammad Izzat selaku Presiden dan aktivis yang turut serta dalam ekspedisi tersebut.

Sdr Helmy memberi ulasan kritis tentang babak pertandingan pengetahuan am kombinasi Lintang, Mahar dan Ikal adalah tidak mengikut naskhah sebenar. Sepatutnya Saharalah yang memainan watak Mahar. Peserta yang hadir patut menonton filem Sang Pemimpi agar dapat memahami sebuah perjalanan riwayat hidup separa benar penulis Andrea Hirata. "Sang Pemimpi ada sambungan daripada kisah Laskar Pelangi. Novel-novel Andrea juga wajar di baca", kata sdr Helmy atau nama samaran dalam Facebook, Sang Pemimpi. Turut hadir adalah Sdr Huzaifah, Syed Putra, Siti Nur Dalila, Siti Fatimah daripada GPTD bagi memeriahkan lagi acara.

-Unit Media

Kedai GU : Buku Minda Tertawan

Tawaran Istimewa. Buku Minda Tertawan karya Raja Ahmad Aminullah dengan potongan harga RM20 sahaja. Dapatkan segera. Sila hubungi atau sms IRSYAD di talian 017.656.0102

Kuan Yew, Goh bersara dari kabinet Singapura

Menteri Mentor Lee Kuan Yew dan Menteri Kanan Goh Chok Tong membuat keputusan untuk berundur daripada Kabinet, sekali gus merintis laluan bagi Perdana Menteri Lee Hsien Loong serta pasukannya mempunyai rekod kerja tanpa apa-apa kesilapan masa silam.

NONEDalam kenyataan bersama yang dikeluarkan hari ini, kedua-dua pemimpin itu berkata: "Kami telah pun mengkaji situasi politik terbaru dan memikirkan bagaimana ia boleh menjejaskan masa depan.

"Kami telah pun memberi sumbangan kepada pembangunan Singapura. Masanya sudah tiba bagi generasi muda untuk membawa Singapura maju ke hadapan dalam situasi yang lebih sukar dan rumit.

"Perdana Menteri dan pasukan pemimpin muda beliau perlu mempunyai rekod kerja tanpa apa-apa kesilapan masa silam. Generasi lebih muda, selain mempunyai kerajaan bebas rasuah dan meritokratik serta menikmati taraf hidup yang tinggi, juga ingin lebih melibatkan diri dalam keputusan yang memberi kesan terhadap mereka," kata kedua-dua pemimpin itu.

Selepas berakhirnya pilihan raya umum yang menjadi titik perubahan, kedua-dua pemimpin berkata: "Kami membuat keputusan untuk berundur daripada Kabinet dan menyerahkan kepada kumpulan menteri muda sepenuhnya untuk mendekati dan melibatkan diri dengan kalangan generasi muda dalam membentuk masa depan Singapura kita.

"Namun pasukan muda harus sentiasa mengingati kepentingan generasi lebih tua. Generasi yang telah memberi sumbangan kepada Singapura mesti dijaga dengan baik," kata mereka.

Sumber : Malaysiakini

Ulasan Penasihat

Pemimpin pelapis harus bersiap siaga untuk memimpin gerakan. Pemimpin senior harus beri kepercayaan dengan bimbingan minumum. Kombinasi baru dan lama juga adalah penting bagi memacu kemandirian organisasi. Sebagaimana pesan Buya Hamka yang bermaksud "Kerapkali orang tua menyesali pemuda dan menuduhnya terburu-buru dan kurang fikir. Kerapkali orang muda menuduh orang tua lembab, lembab bertindak dan terlalu banyak berifkir. Alangkah sibuknya dunia kalau pimpinan hanya di tangan yang muda-muda. Dan dunia akan membosankan kerana lembab geraknya kalau pemimpin hanya yang tua-tua. Gabungan di antara gelora semangat yang muda dengan renung-fikiran yang tua itulah yang menimbulkan keseimbangan di dalam perjalanan hidup." Maka renung-renunglah dengan mendalam agar gandingan ini akan bermanfaat hendaknya.

Anwar: Saya tak menyesal masuk politik

Ketua Pembangkang Datuk Seri Anwar Ibrahim hari ini membuat pengakuan terbuka bahawa beliau tidak pernah menyesal menyertai Umno hampir 30 tahun lepas.

anwar abim forum"Saya tidak pernah kesali dengan keputusan menyertai Umno. Pengalaman itu juga mematangkan saya," katanya ketika berucap dalam Forum Pengkisahan Semula Angkatan Belia Islam (ABIM).

Beliau memberikan penjelasan itu setelah disebut dalam ucapan dua bekas presiden terawal NGO itu yang menyifatkan pemergian Anwar itu sebagai zaman sukar pada mereka.

Berucap di hadapan seribu anggota ABIM di Universiti Selangor (UNISEL) di Shah Alam, Anwar berkata, tindakannya pada tahun 1982 itu juga secara tidak langsung mematangkan NGO Islam lain, termasuk ABIM.

anwar and abim"Ada orang beranggapan, tanpa Anwar habislah ABIM," katanya sambil memberitahu andaian itu tidak pernah menjadi kenyataan.

Dengan nada membela diri, beliau menjelaskan, penyertaannya ke dalam Umno pada masa itu bukan bertujuan "mengukuhkan amalan fitnah, penindasan dan rasuah".

Sebaliknya, tambah Anwar, bagi menerapkan nilai-nilai Islam dalam pemerintahan.

Menceritakan pengalaman awalnya bersama Umno, Anwar mendakwa tindakannya menyertai usrah (perbincangan) selepas Subuh dan qiamullail (solat malam) mengundang perasaan tidak selesa segelintir anggota parti itu sendiri.

Pengalaman amat pahit, kata Siddiq

"Mereka kata ada usaha mengubah landasan Umno," katanya tanpa menyebut pihak tersebut secara jelas.

anwar abim forumSebelum itu, presiden ketiga ABIM Datuk Dr Siddiq Fadzil yang memangku jawatan itu ketika Anwar meninggalkan ABIM berkata berasa amat "pedih" dengan tindakan itu.

Katanya, setelah cukup 40 tahun usia ABIM pada tahun ini, beliau mahu memberitahu bahawa pengalaman itu amat pahit sekali.

"Kalau saya anak-anak kecil dan mahukan ghanimah (harta), sudah tentu saya mengamuk dan lari (keluar ABIM)," katanya disambut gelak ketawa hadirin.

Dia juga menghambur pertanyaan yang membuatkan Anwar terus tersipu-sipu di pentas.

islamic state"Dia jadi menteri kewangan, apa dia bagi pada kita? Kita tahulah dia sibuk, baru masuk dah hendak bertanding ketua Pemuda (Umno)," katanya lagi dengan sinis.

Dalam gerakan Islam di Malaysia, masih banyak pihak yang beranggapan tindakan Anwar menyertai Umno 29 tahun lalu sebagai pengkhianatan dan mengecewakan banyak pihak.

Lebih-lebih lagi, ABIM merupakan antara gerakan Islam terawal dan paling berpengaruh ketika itu.

Sumber : Malaysiakini

Terima Kasih Cikgu!

Seluruh saf kepemimpinan GPTD Unisel mengucapkan SELAMAT HARI GURU terutama maha guru Tn Hj Ahmad Azam, Sdr Jufitri Joha, Sdr Muhammad Suhail, Sdr Izwan Suhadak, Sdr Najemuddin, Sdr Hakim, Sdr Shazni. Pengalaman dalam GPTD adalah Guru yang paling sakti dan tidak dapat dijual beli.

Guru Oh Guru


Berburu ke Padang Datar
dapat rusa belang kaki
berguru kepalang ajar
ibarat bunga kembang tak jadi

Jika hari ini
Seorang perdana menteri berkuasa

Jika hari ini
Seorang raja menaiki takhta

Jika hari ini
Seorang Ulama' yang mulia

Jika hari ini
Seorang peguam menang bicara

Jika hari ini
Seorang penulis terkemuka

Jika hari ini
Siapa sahaja menjadi dewasa
Sejarahnya dimulakan oleh seorang guru biasa
dengan lembut sabarnya
mengajar tulis baca .

Nukilan : Usman Awang

Sunday, May 15, 2011

Soroton Peristiwa Nakba - Palestin

63 tahun lalu, di sebuah tanah tercinta umat Islam bersamaan 15 mei 1948. Itulah Hari Nakba (يوم النكبة, bermaksud "hari kecelakaan") merujuk kepada hari memperingati pencerobohan dan pemusnahan lebih 500 bandar dan kampung di Palestin oleh tentera Israel yang menyebabkan lebih 700,000 warga Palestin menjadi pelarian. Hari ini disambut pada 15 Mei setiap tahun, iaitu satu hari selepas perisytiharan penubuhan negara Israel dan hari berakhirnya mandat Britain di Palestin pada tahun 1948. Hari ini pelarian Palestin atau keturunan mereka dianggarkan berjumlah lebih 4 juta orang.

Hari ini mula diraikan pada tahun 1998 oleh Yasser Arafat, dengan kehadiran lebih satu juta orang dalam perarakan. Hari ini dirai dengan ucapan dan perarakan di Tebing Barat, Gaza dan di negara-negara Arab. Tunjuk perasaan juga pernah diadakan di London (2003) dan bandar raya New York (2004).

Perancangan British

Sebenarnya rancangan ini bertitik tolak 1916, Kerajaan British telah membuat perjanjian rahsia dengan Perancis (perjanjian Sykes-Picot) untuk berkongsi Empayar Othmaniyyah dengan sebahagian daripada Palestin diberi kepada Britian dan diikuti dengan Deklarasi Balfour tahun 1917 di mana Britian menyokong hak penempatan kepada orang-orang Yahudi di Palestin.

Ditambah lagi dengan rangkaian Zionis yang kuat dieropah maka bermulalah titik hitam dalam hidup rakyat Palestin. Pertembungan paling parah meletus pada tahun 1936 sehingga Inggeris mengesahkan lepas tangan dari Deklarasi Balfour pada 1939.

Pembersihan Etnik Bermula



Walau bagaimanapun dari tahun 1946 dan seterusnya Zionis terus tinggal di Palestin. Mereka melakukan pembersihan etnik tatkala pembahagian Palestin masih belum selesai sehinggalah rancangan ketenteraan berskala penuh bermula pada bulan Mac 1948, ketika Rencana D sepenuhnya dilaksanakan.

Pada tarikh 9 April 1948, pasukan Zionis termasuk Geng Stern dan Irgun yang terkenal dengan unit keganasan memasuki desa Deir Yassin di Palestin dan menyerbu rumah-rumah dengan tembakan mesingan, membunuh ramai penghuninya. Yang selamat kemudian dikumpulkan bersama-sama dan dibunuh, korban termasuklah 30 bayi. Antara 100 dan 200 Palestin dibunuh di Deir Yassin (Geng Irgun dengan bangga mengatakan bahawa bilangan yang dibunuh adalah 256) dan kemudian kampung tersebut diratakan dengan tanah.

Menachem Begin, Ketua Organisasi Pengganas Irgun dan kemudiannya menjadi Perdana Menteri Israel berkata dengan bangganya; “Seperti di Deir Yassin dan di mana-mana sahaja... Oh Tuhan, Oh Tuhan, Engkau telah memilih kami untuk membukanya”

Adapun di sesetengah desa penduduk hanya dibenarkan meninggalkan rumah mereka tanpa harta benda sebelum rumah mereka diletupkan dan kampung mereka diratakan. Ada banyak pembunuhan kejam yang lain, misalnya pada tarikh 22 Mei, 200 lelaki berusia antara usia 13 dan 30 tahun dibunuh dengan kejam di Tantura.

Berikut merupakan kenyatan saksi-saksi yang direkodkan.

"Mereka membawa kami keluar satu demi satu, menembak orang tua dan ketika salah seorang anaknya menangis ia juga akan ditembak. Lalu mereka memanggil Muhammad adik saya dan menembak dia di depan kami dan ketika ibuku berteriak membongkok di atasnya dengan membawa adik saya Hudra di tangannya, masih menyusu - mereka menembak dia juga ".

"Lelaki menginjak rakan-rakan mereka dan wanita pada anak-anak mereka sendiri. Kapal-kapal di pelabuhan diisi dengan mayat hidup. Pemandangan yang amat mengerikan. Banyak kapal terbalik dan tenggelam bersama semua penumpang mereka. "

Sekalipun ada pasukan tentera Arab memasuki Palestin, tapi mereka terlalu sedikit, terlambat dan tidak sesuai berdepan dengan pasukan Israel yang terlatih dan bersenjata canggih.

Pada masa gencatan senjata pada tahun 1949 Israel telah memperoleh 78% dari Palestin, berjaya mengusir keluar lebih dari 750,000 orang Palestin, dan lebih dari 400 desa Palestin berjaya diratakan.

Pelarian Dari Nakba

Lebih dari tiga perempat juta orang Palestin melarikan diri dari pembunuhan 1948-49 berada di kem-kem pelarian di Tebing Barat, Gaza, Jordan, Lubnan dan Syria.

Di tempat-tempat inilah masih terdapat keturunan mereka yang masih hidup, melihat rumah dan tanah mereka sendiri, melihat dengan mata kepala mereka sendiri tentera mengusir mereka keluar. Israel terus melakukan kekejaman, pada bulan Jun 1967 menduduki sisa dari mandat Palestin - Tebing Barat, Jerusalem Timur dan Semenanjung Gaza - dan terus merampas tanah Palestin, menempatkan pemukiman Yahudi berskala besar. Setiap pembongkaran rumah dan rampasan tanah meningkatkan jumlah pelarian Palestin. Gaza telah diubah menjadi kem penjara terbesar dalam sejarah, dengan serangan keganasan dan pengeboman tentera Israel.

Palestin secara berperingkat diusir dari Baitulmuqaddis, walaupun terdapat peruntukan sebagai corpus pembahagian antarabangsa oleh PBB, dan Israel telah membina bandar bertembok dari Tebing Barat.

Nakba masih berterusan

Israel terus menolak untuk membenarkan 2-3 juta Palestin yang sekarang ini menjadi pelarian di negara-negara sekitarnya untuk kembali. Kawasan yang masih berbaki untuk pembentukan negara Palestin terbahagi kepada lima blok yang terputus dengan tembok pemisah hanya menyamai 13% dari jumlah keseluruhan Palestin. Jalan penyelesaian membina dua-negara dalam satu kawasan tanah bukan sahaja hampir mustahil bahkan ia mustahil berlaku.

Sikap tidak bermoral, melanggar undang-undang, diskrimanasi kaum, kekejaman dan sikap jahat yang dilakukan oleh Zionis Israel mencerminkan keadaan mereka yang sebenar. Sejarah menunjukkan bahawa Inggeris mempunyai hutang yang perlu dibayar, dan kita berhutang kepada rakyat Palestin untuk menyokong perjuangan mereka membebaskan Palestin dan Al-Aqsa.

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, 10 Disember 1948

[13 / 2] Setiap orang adalah berhak untuk meninggalkan mana-mana negara, termasuk negaranya sendiri dan kembali ke negara asalnya.

[17 / 2] Tidak seorang pun boleh sewenang-wenangnya dirampas hartanya.

Resolusi PBB 194 terhadap hak Palestin sebanyak 130 kali. Ini termasuk kenyataan: "... Pelarian yang ingin kembali ke rumah mereka dan hidup damai dengan jiran mereka harus diizinkan untuk melakukannya pada tarikh praktikal paling awal dan pampasan yang perlu dibayar untuk hotel dari mereka memilih untuk tidak kembali dan untuk kehilangan atau...

rujukan :
  1. http://www.amanpalestin.net/
  2. http://badarkisas.blogspot.com/

Catatan Bedah Filem Laskar Pelangi

LASKAR PELANGI yang dinukilkan oleh Andrea Hirata kemudian diterjemahkan pula oleh Riri Riza ke dalam layar perak memang patut dihargai. Kisah ini dimulai dengan suara latar Ikal yang pulang ke kampung halamannya di Belitong. Menaiki bas dan mengimbas kembali kisah riwayat hidupnya semasa persekolahan di SD Muhammadiyah Gantong yang berlatarkan pada tahun 1974. Belitong adalah pulau terkaya di Indonesia yang sarat dengan hasil bumi timah. Tetapi kekayaan ini hanya dirasai oleh penjajah Belanda dan segelintir golongan elit. Ketika hari pertama sebelum ke sekolah Ikal telah diusik oleh abang dan kakaknya kerana terpaksa memakai kasut kakak yang berwarna merah jambu. Ibunya memujuk dan berjanji jika ada wang akan dibelikan kasut yang baru. Ikal tidak kecil hati atau malu. Dia tetap pergi ke sekolah.

Dalam perjalanan ke sekolah bersama bapanya menaiki basikal satu jeritan didengarkan. “Hoi percuma (sia-sia) sekolah, akhirnya kau jadi kuli juga”, jerit pekerja buruh PT Timah. Ini adalah gambaran awal tentang suasana kemiskinan dan pemikiran masyarakat Belitong yang tidak mahu mengutamakan pendidikan. SD Muhammadiyyah hanya ada tiga orang pendidik. Pak Harfan adalah ketua sekolah. Ibu Muslimah (di panggil Mus atau Bu Mus) dan Bakri adalah gurunya. Murid yang paling awal hadir adalah Lintang dari Tanjung Kalumpang. “Aku nak sekolah!”, kata Lintang kepada Bu Mus. Dia datang berseorangan dengan kereta angin (basikal) kerana ayahnya ke laut sebagai nelayan. Lintanglah yang paling jauh tempat tinggalnya tetapi yang paling awal hadir pada hari ini. Karektor Lintang sangat berpengaruh dan menghidupkan semangat dalam filem ini.

Hari itu adalah penentu jika tiada 10 orang murid, sekolah ini akan ditutup oleh pemerintah. Dalam penantian yang membimbangkan guru dan ibubapa, Harun hadir berlari menyelamatkan mereka semua. Hadirnya Harun, maka cukuplah syarat 10 murid untuk membolehkan SD Muhammadiyah terus berbakti kepada umat. Harun itu anak istimewa tetapi punya semangat untuk belajar. Tidak kebanyakan orang dewasa di Belitong yang sudah putus asa untuk terus belajar dan menyimpan cita-cita. Pilihan mereka adalah buruh di PT Timah atau nelayan. Teman-teman Ikal, Lintang dan Harun yang lain adalah Mahar, Kucai, Syahdan, Trapani, Samson, Sahara dan A. Kiong (berbangsa Cina). SD Muhammadiyyah adalah satu-satunya sekolah yang menerima pelajar daripada keluarga miskin. Ada di antara mereka tidak punyai pakaian seragam pun. Malah memakai selipar sahaja. Tetapi semangat untuk menuntut ilmu patut diteladani.

Babak seterusnya mengisahkan suasana persekolahan lima tahun berikut iaitu tahun 1979. Kini murid-murid SD Muhammadiyah telah memasuki tahun lima. Kucai adalah ketua kelas. “Anak murid ibu gaya setan semuanya itu, mulai sekarang aku nak berhenti jadi ketua kelas”, luahan Kucai kepada Bu Mus. Bu Mus memujuk Kucai dengan berpesan “Menjadi seorang pemimpin adalah tugas yang mulia”. Sahara, temannya menambah kemudiannya, “Al Quran mengingatkan, bahawa kepimpinan seseorang itu akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat ”. Pesan itu sangat terkesan kepada Kucai. SD Muhammadiyah Gantong yang punyai seorang murid berbangsa Cina turut mengikuti pengkisahan Bahtera Nabi Noh di dalam kelas agama. Malah ketika solat juga A. Kiong turut berjamaah bersama. Keadaan sekolah yang usang dengan atap bocor, lantai simen yang pecah tidak rata dan dinding kayu yang buruk memang akan terganggu jika hujan turun. Kadang-kadang mereka terpaksa bersama kambing-kambing yang datang berteduh.

Selepas itu, Pak Harfanlah yang akan membersihkan sekolah sementara Bu Mus membawa murid keluar mengikuti pendidikan luar darjah. Melihat alam, langit dan pelangi yang terpancar. “Laskar Pelangi ayuh kita pulang”, jerit Bu Mus . “Ya bu”, jawab Laskar Pelangi. Itulah babak yang mengesahkan bahawa judul filem ini memang dan tentang LASKAR PELANGI. Laskar atau disebut tentera menjadi simbolik perlambangan displin dan kesungguhan mereka menuntut ilmu. Mereka sangat hormat pada guru. Pelangi membawa makna kepada kepelbagaian warna keceriaan cita-cita besar murid-murid SD Muhammadiyah dan warna warni suka duka pejuangan guru mempertahankan sekolah dengan keunikan tersendiri yang mempertahankan teras agama. “Sekolah ini adalah sekolah di mana pendidikan agama, pendidikan budi pekerti bukan sekadar pelengkap kurikulum, kecerdasan bukan dilihat dari nilai-nilai dari angka-angka itu, tapi dari hati” , pesan Pak Harfan pada sahabatnya Pak Zul(karnain). Malah menegaskan kepada Pak Zul, “Aku, Bakri, Muslimah masih tetap bisa bertahan bersama ke sepuluh murid-murid Kurnia Allah itu”.

Di SD Muhammadiyah, murid yang paling pintar adalah Lintang. Kadang kala dia lewat ke sekolah dek kerana buaya melintas. Babak buaya melintas diulang beberapa kali menegaskan tentang kesabaran dan kesungguhan seorang anak murid tetap mahu pergi ke sekolah walaupun ada bahaya di hadapan. Dia sangat cekap mengira. Malah semasa kelas matematik, dia menjawab soalan hanya dengan mencongak sahaja. Lintang juga sangat suka membaca dan kuat ingatannya. Di SD Muhammadiyah, Bu Muslimah adalah satu-satunya guru wanita. Dia sangat sensitif jika ada yang meremehkan anak muridnya terutama Harun yang istimewa. Ketika Mus tidak menerima gaji selama dua bulan, dia tetap redha. Tetapi dia mencari kerja lain dengan menjahit sebagai menampung kehidupannya. Semangatnya tetap berkobar untuk bertahan di sekolah ini lebih-lebih lagi bapanya antara orang bertanggungjawab membina dan membangunkan SD Muhammadiyah Gentong. Bapanya adalah sahabat baik Pak Harfan.

Semasa libur atau cuti sekolah. Filem Laskar Pelangi merakamkan visual yang menarik sekitar Belitong. Setiap murid SD Muhammadiyah melakukan aktiviti masing-masing berdasarkan kebiasaan mereka. Suasana dan persekitaran Belitong memang dapat digambarkan. Bu Mus terus mengusahakan kegiatan menjahit baju. Lintang pula sekali sekala membantu ayahnya sebagai nelayan dan menguruskan adik-adiknya. Ikal pula membantu berjual di pasar bersama teman-teman yang lain. Apabila kembali kes sekolah lagi, babak Pak Harfan menyampaikan pidato tentang kisah Perang Badar memaku perhatian murid-muridnya. Pak Harfan berpesan lagi, “Anak-anak ku kekuatan itu dibentuk oleh iman bukan oleh jumlah tentera. Jadi ingatlah anak-anak ku, teguhkan pendirianmu, kalian harus punya ketekunan, harus punya keinginan yang kuat untuk mencapai cita-cita, kalian harus punya keberanian dan pantang menyerah, menghadapi tantangan macam apa pun.” Pak Harfan melanjutkan pesan besar kepada Laskar Pelangi dengan penuh maknawi, “Dan ingat hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya bukan menerima sebanyak-banyaknya”.

Ketika Bakri memaklumkan kepada Pak Harfan dan Muslimah tentang dia menerima tawaran mengajar di sekolah lain. Muslimah tersentak dan cuba memujuk Bakri bagi mempertahankan satu-satunya sekolah Islam di Belitong. Namun Bakri membalas dengan sebuah persoalan tentang persepsi masyarakat terhadap pendidikan dan SD Muhammadiyah. Pak Harfan pasrah walaupun pada awalnya cuba memujuk juga. Masyarakat sudah tidak lagi peduli tentang kepentingan pendidikan. “Tidak ada orang peduli tentang sekolah kita Pak. Semua orang tidak percaya bahawa anak-anak miskin pun punya hak untuk belajar”, Muslimah mengungkap persepsi Bakri dan masyarakat. Selepas pertemuan itu Muslimah tetap setia dengan sekolah dan berazam untuk mempertahankan sekolah itu. Muslimah dan Pak Harfan bekerja lebih keras lagi tanpa putus asa bagi memastikan anak-anak miskin juga punya hak untuk sekolah. “Yang penting kita, tak boleh putus asa. Tugas kita menyakini anak-anak ini bahawa mereka harus berani punya cita-cita”, Pesan Pak Harfan pada Muslimah. Pernah juga Pak Harfan suatu ketika bertanya tentang pinangan saudagar Jawa terhadap Muslimah. Tetapi jawapannya ringkas dan padu, “Mimpi aku ini bukan jadi isteri saudagar pak. Mimpi aku jadi guru”.

Babak Ikal bersama Lintang membeli kapur di Toko Sinar Harapan agak melucukan. Kenangan terindah bagi Ikal apabila jatuh hati selepas terlihat jari jemari dan kuku A. Ling anak pemilik toko yang kedekut. Sekuntum bunga berguguran sebagai simbolik hati Ikal sudah ada tanam. Dadanya berdebar dan senyuman terukir dibibir. Pulang ke sekolah berbasikal bersama Lintang dengan gembira. Ikal jatuh cinta hanya kerana terpukau dengan kecantikan kuku A. Ling. Malamnya Ikal menuliskan catatan “TAK PERLULAH AKU KELILING DUNIA”. Sejak itu Ikal keracunan kuku (meminjam istilah Lintang). “Aku melihat sesuatu yang lebih indah daripada muzik mu Har” , kata Ikal kepada Mahar. “kuku-kuku paling indah di Sinar Harapan”, tambah Ikal lagi. Ikal terpukau sekali lagi apabila kembali ke Toko Sinar Harapan untuk mencuri kesempatan bertemu A. Ling dengan alasan mengambil kapur cap Harimau. Kali ini mereka bertentang mata. Kuntuman bunga berguguran lagi. Ikal dan Mahar pulang dengan girang. A. Keong yang merupakan sepupu A. Ling didesak oleh Ikal agar mereka dapat berjumpa. Kemaruk Ikal disedari oleh bapanya apabila perasan Ikal menggunakan minyak rambut Tanco. Hujung minggu kebetulan Keluarga A. Keong dan A. Ling ada pertemuan. Maka Ikal memang hadir dan tunggu dengan sabar di luar rumah A. Keong. Saat A. Ling muncul, Ikal tenang sahaja. Itulah kali pertama barangkali temu janji mereka. A. Ling berbaju merah anggun memuji puisi Ikal dan menyalin kesemuanya pada buku lain.

Slot nyayian oleh Mahar yang berjudul Seroja memang mengasyikan disamping untuk menyedarkan angan-angan Ikal yang sudah gila bayang kerana ditinggalkan oleh A. Ling yang pergi ke Jakarta. Kebetulan pula Mahar memuji muzik tradisional Melayu dan menggunakan kompang sebagai instrumen dalam nyayiannya. Ikal terubat selepas nyayian Mahar. Bait-bait lagu mengajak Ikal agar jangan bermenung dan inginkan cinta asmara kerana masanya belum tiba. Sekarang adalah menanam, menjaga dan memetik bunga Seroja. Seroja itulah ilmu. Jagalah ilmu untuk dengan penuh tanggungjawab. Hanyatilah lirik di bawah:

  • Mari menyusun seroja bunga seroja
  • ha..ha..ha..
  • Hiasan sanggul remaja puteri remaja
  • Rupa yang elok dimanja jangan dimanja
  • Puja lah ia oh saja sekadar saja
  • Mengapa kau bermenung oh adik ku berhati bingung 2x
  • Janganlah engkau percaya dengan asmara 2x
  • Sekarang bukan bermenung zaman bermenung
  • Mari bersama oh adik memetik bunga

SD Muhammadiyah berjaya menarik perhatian menonton apabila mempersembahkan sebuah kesenian tarian yang kreatif dan alami. Mahar yang sering mendapatkan keputusan yang baik dalam kelas kesenian dilantik sebagai ketua kelompok oleh Bu Mus. Pak Harfan mengingatkan bahawa tiada peruntukan disediakan untuk mereka. “Tenang saja Pak, serahkan pada Mahar dan alam”, jawab Mahar kepada Pak Harfan. Persembahan ketika hari karnival mengujakan penonton yang hadir. Persembahan yang memukau itu akhirnya berjaya menggondol juara. Piala kebanggaan dan berharga itu diletakkan di dalam peti kaca sebelah meja guru. Flo datang dan ingin belajar di SD Muhammadiyah kerana tertarik dengan persembahan yang diketuai Mahar. Selepas kehadiran Flo kegiatan oleh murid-murid di sekolah agak pelik kerana terpengaruh dengannya. Keputusan pelajaran juga merosot. Kemuncaknya apabila mereka pergi ke Pulau Lanun membongkar misteri Tok Bayantula yang lucu. “KALAU NAK PINTAR BELAJAR! KALAU NAK HASIL USAHA!” catatan oleh sang Bayantula.

Detik yang mengusik jiwa sanubari apabila Pak Harfan meninggal di atas meja kerja. Seorang yang berjiwa besar telah pergi meninggalkan sekolah, guru Muslimah dan murid-muridnya. Langit juga turut menangis menurunkan hujan. Muslimah paling terkesan dan benar-benar merasakan kehilangan orang yang disayangi. Pak Harfan seperti bapanya juga. Sempat Muslimah sungul kerana terhimbau kenangan bersama Pak Harfan membangunkan sekolah ini. Lima hari kelas tidak ada kerana Bu Mus tidak hadir. Maka murid-murid lain juga tidak hadir kemudiannya, yang tinggal hanya Lintang dan Ikal. “Kita harus punya cita-cita dan di sekolah inilah perjalanan hidup kita dimulai”, Lintang menyakinkan Ikal agar tetap setia belajar. Bermula saat itu mereka berdua memanggil kembali teman yang lain untuk terus bersekolah. Maka Lintanglah yang mula mengajar dengan serba serbi yang ada atas semangat sedia belajar, mengajar dan diajar. Pak Zul sahabat Pak Harfan memujuk Muslimah agar terus mengajar di sekolah kerana murid-muridnya menanti.

Bu Mus kembali ke sekolah meneruskan perjuangannya bersama sebelas orang murid-muridnya. Pak Zul juga turut membantu mana yang boleh. Kecemerlangan sekali lagi muncul bersama SD Muhammadiyah apabila memenangi pertandingan pengetahuan am pada 17 Ogos 1979. Kombinasi Lintang , Ikal dan Mahar memang padu serta punya kepintaran masing-masing. Bertambahlah piala kemenangan di dalam peti kaca. Kegembiraan sekolah tidak lama apabila Lintang tidak ke sekolah. Kemudian Bu Mus menerima kirim surat daripada Lintang seperti tercatat kandungannya :

Ibunda guru,

ayah ku telah meninggal

nanti aku akan ke sekolah

untuk mengucapkan

salam terakhir

kepada guru dan teman-teman

Waktu itu SD Muhammadiyah menangis lagi dengan perginya Lintang kerana terpaksa menanggung adik beradiknya yang lain. Lintanglah murid yang pertama datang ke alam persekolahan tetapi kini dia yang paling awal meninggalkan alam persekolahan. Ikal yang paling terkesan. Tamatlah imbasan Ikal di dalam bas. Babak akhir semasa Ikal sampai di Pekan Manggar dia bertemu Lintang yang sudah berkeluarga dan semangat untuk belajar diteruskan oleh anak perempuannya. “Tujuan aku balik ke kampung adalah untuk berterima kasih kepada semua. Terutama kepada kau”, ungkap Ikal kepada Lintang.

Filem Laskar Pelangi memperlihatkan jalinan peranan Riri Riza dan Andrea Hirata sangat mantap sehingga daripada naskhah novel berjaya digarapkan menjadi sebuah tayangan filem. Riri Riza benar-benar merealisasikan hampir ke semua plot cerita di dalam teks novel kepada visual, sound efek, dialog sehinggakan imbasan Laskar Pelangi melekat di dalam minda dan melintas di dalam hati penontonnya. Tema kemiskinan dan pendidikan yang disinggung dalam karya ini memang membuka hati nurani. Bagi yang punyai jiwa pasti menitiskan air mata. Paling tidak hatinya pasti bergetar dan hidup kembali selepas mendengar dengan teliti setiap dialog yang diungkapkan dengan bahasa lokal (Melayu Belitong). Melihat riak wajah dan tingkah laku watak-watak yang dimainkan penuh terkesan. Pesan-pesan Pak Harfan dan Muslimah kepada anak muridnya seperti tembus ke dalam benak minda dan hati kita.

Kesimpulannya, perubahan dan cetusan bermula dari hati. Hatilah yang harus dibangunkan dahulu. Kesabaran pendidik membimbing dan memberi tunjuk ajar dengan penuh hikmah (kebijaksanaan) adalah elemen penting. Tetapi pasti di antara pendidik yang tewas kerana habuan dunia dan survival. Keikhlasan pendidik mampu mempertahankan sebuah perjuangan membela hak keilmuan buat semua insan walaupun bukan muslim. Itulah adil namanya. Ketika persepsi masyarakat menyakini bahawa belajar di sekolah itu sia-sia kerana akhirnya menjadi kuli jua. Sang pendidik tetap tekun merealisasikan sebuah keyakinan dan membuktikan mereka berjaya melahirkan keunikan tersendiri. Hanya ilmu dapat merubahkan kehidupan hadapan. Ilmu hanya dapat dikuasai dengan hati yang bersih dan akal yang cerdas. Laskar Pelangi adalah anak murid yang taat kepada gurunya. Mereka memiliki sifat sayang dan kasih kepada gurunya. Itulah suatu nilai yang sudah pudar saat ini. Mereka juga berani dan yakin diri menghasilkan karya kreatif walaupun dengan serba serbi kurang.

Mereka belajar dari alam dan berbicara dengan alam. Bukankah alam itu adalah tanda-tanda (ayat-ayat) kebesaran Allah swt? Apabila alam menyampaikan mesejnya melalui bahasa tersendiri. Maka Allah swt sebenarnya berbicara kepada hambanya. Laskar Pelangi berjaya memperhatikan alam dan belajar dari alam. Lintang semakin cekal dan tabah setelah dilatih berulang-ulang kali ketika melalui laluan sang buaya. Melihat pelangi, mereka belajar tentang sains dan menerima dengan redha keragaman warna cabaran kehidupan. Mereka tidak malu jadi miskin. Mereka mahu sekolah dan belajar. Itulah prasyarat menjadi sang murid. Maka mudahlah untuk pendidiknya menyampaikan keilmuan. Perlu ada kemahuan dan keberanian ketika mereka ke Pulau Lanun. Demi mencari sebuah kebenaran dan inilah proses belajar yang jujur. Cuma perlu hati-hati agar tidak gelincir, jangan lakukan syirik. Maka kerana itu pentingnya pembimbing yang dapat memberi nasihat.

Mereka berpesan-pesan dengan kebenaran dan kesabaran. Pesanan agar jangan tertipu dengan cinta sementara. Utamakan ilmu. Tanam, jaga dan petiklah hasilnya. Bukan masanya lagi untuk memendam rasa berkasih cinta. Walaupun itu adalah fitrah insani. Fitrah cinta perlu bila sampai masanya. Capai cita-cita dulu. Makanya cinta akan mengejar mu bersama-sama cita-cita mu. Jika takdir cita-cita tidak kesampaikan. Jangan putus asa kobarkan semangat yang sama kepada generasi pewaris agar dia berjaya kecapi. Jaga hati. Berjiwa besar. Berani dan berilmu. Beradab dan gila-gila. Berimpianlah. Ikuti perjalanan riwayat hidup Ikal yang akan bersambung di dalam filem Sang Pemimpi. Maka bermimpilah...

ABU IRSYAD

Khamis, 12 Mei 2011 @Bestari Jaya

Grup Penjejak Tamadun Dunia (GPTD)

SALAHUDDIN AL-AYUBI

Kisah tokoh terbilang ini sangat terkenal dikalangan seluruh umat yang cintakan kepimpinan Islam. Keperibadiannya, ketokohannya cukup melambangkan dia seorang guru, panglima dan hamba Allah yang terpilih untuk kita jadikan ikutan. Kini makamnya terletak di belakang Masjid Umawi, Syria.

Siapakah yang bakal menggantikan tempat beliau pada zaman kita sekarang?

Aku sempat mengambil sedikit maklumat ringkas yang ditulis oleh Dr Ahmad Redzuwan Mohd Yunus (UKM) dari laman sesawang. Semoga perkongsian ini bermanfaat untuk semua.

SALAHUDDIN al-Ayubi dilahirkan pada 532 Hijrah bersamaan 1138 Masihi di Kota Tarkit iaitu bahagian Tebing Barat Sungai Tigris, terletak di antara Mosul dan Baghdad. Beliau adalah anak gabenor.

Ayahnya, Najmuddin Ayub bin Shadhi adalah anak saudara kepada Sultan Nurudin Zenggi, berketurunan Kurdistan yang berasal dari Azerbaijan. Selain sebagai panglima perang, beliau adalah pendakwah, mujahid dan tokoh pemimpin Islam yang bukan daripada kalangan bangsa Arab.

Ketika hayatnya, beliau lebih banyak berada di khemah perang daripada duduk di istana bersama keluarga. Siapa saja yang menggalakkannya berjihad akan mendapat kepercayaannya. Apabila hendak memulakan jihad melawan tentera salib, beliau akan menumpukan seluruh perhatiannya kepada persiapan perang dan menaikkan semangat tentera.

Di medan perang, beliau bagaikan seorang ibu garang kehilangan anak tunggal. Beliau bergerak dari satu hujung medan peperangan ke hujung yang lain untuk mengingatkan tenteranya supaya benar-benar berjihad di jalan Allah.

Beliau juga akan pergi ke seluruh pelosok tanah air dengan mata yang berlinangan mengajak manusia supaya bangkit membela Islam.

Ketika berusia 17 tahun, Salahuddin al-Ayubi mula berkhidmat dengan Nur al-Din di Damsyik. Beliau adalah panglima tentera, pemimpin dan pentadbir negara yang sangat berbakat dan sangat popular ketika zaman perang salib. Beliau membabitkan diri dalam peperangan salib di kawasan Mesir, Palestin dan Syria.

Beliau mula terkenal pada 559 Hijrah (1164 Masihi) apabila menyertai ekspedisi bersama-sama Shirkuh yang dihantar oleh Nur al-Din bagi menentang tentera Salib di Mesir. Beliau berjaya mengusir Amaury dari Mesir pada 1 Rabiulakhir 564 Hijrah (Januari 1169 Masihi). Selepas Shirkuh meninggal dunia, tempatnya diganti oleh Salahuddin al-Ayubi. Pada masa sama, Nur al-Din melantik beliau sebagai panglima angkatan tentera Syria.

Bagi memperkukuhkan tentera Islam, Salahuddin meminta negara Islam diurus di bawah satu pemerintahan. Walaupun cadangannya tidak dipersetujui sesetengah pihak termasuk pemimpin Syria, cita-cita Salahuddin itu termakbul.

Dalam bulan Zulkaedah 570 Hijrah (Mei 1175 Masihi), khalifah Abbasiyyah mengisytiharkan Salahuddin al-Ayubi sebagai Sultan Mesir dan menggelarkan dirinya sebagai Sultan al-Islam wa al-Muslimin. Pada tahun itu juga beliau membina kota pertahanan di Kaherah.

Pada tahun 583 Hijrah (1187 Masihi) berlaku Perang Salib kedua, yang juga dikenali sebagai Perang Hittin. Peperangan ini dipimpin sendiri oleh Salahuddin al-Ayubi hingga membuka jalan mudah untuk menawan kembali Baitulmaqdis.

Pada tahun 588 Hijrah (1192 Masihi) berlaku Perang Salib ketiga, hasil dendam dan kekecewaan golongan pembesar Kristian. Mereka berusaha merampas semula Baitulmaqdis daripada orang Islam. Walaupun perang Salib yang ketiga itu menggabungkan seluruh kekuatan negara Kristian, mereka tidak mampu menggugat kekuatan tentera Salahuddin al-Ayubi.

Pihak Kristian mengalami kekalahan dan ramai tentera terbunuh dan tertawan. Baitulmaqdis yang dikuasai orang Kristian selama 88 tahun, dapat ditakluki semula oleh Salahuddin al-Ayubi.

Sifat penyayang dan belas kasihan Salahuddin ketika peperangan sangat jauh berbeza daripada kekejaman tentera Kristian. Ahli sejarah Kristian pun mengakui mengenai hal itu.

Lane-Poole (penulis Barat) mengesahkan, kebaikan hati Salahuddin mencegahnya daripada membalas dendam. Beliau menulis bahawa Salahuddin menunjukkan ketinggian akhlaknya ketika orang Kristian menyerah kalah. Tenteranya sangat bertanggungjawab, menjaga peraturan di setiap jalan, mencegah segala bentuk kekerasan sehingga tidak ada kedengaran orang Kristian dianiaya.

Selanjutnya Lane-Poole menuliskan mengenai tindak-tanduk tentera Kristian ketika menawan Baitulmaqdis kali pertama pada 1099. Tercatat dalam sejarah bahawa ketika Godfrey dan Tancred menunggang kuda di jalan-jalan Jerusalem, jalan itu dipenuhi mayat, orang Islam yang tidak bersenjata diseksa, dibakar dan dipanah dari jarak dekat di atas bumbung dan menara rumah ibadat.

Darah membasahi bumi yang mengalir daripada pembunuhan orang Islam secara beramai-ramai. Ia juga mencemarkan kesucian gereja yang sebelumnya mengajar sifat berkasih sayang. Orang Kristian sangat bertuah apabila mereka dilayan dengan baik oleh Salahuddin.

Beliau meninggal dunia pada 27 Safar 589 Hijrah (1193 Masihi) pada usia 55 tahun di Damsyik, Syria slepas memerintah selama 25 tahun. Beliau sakit selama 14 hari sebelum menghembuskan nafas terakhir.

Beliau meninggal dunia tanpa meninggalkan sebarang harta untuk diwariskan. Beliau dikatakan hanya memiliki 47 dirham wang perak dan 1 dinar wang emas. Urusan penyelenggaraan jenazah ditanggung oleh keluarga beliau, manakala kain kafannya diberikan oleh menteri.

http://www.mohdshazni.com/2010/05/salahuddin-al-ayubi/


Related Posts with Thumbnails