Petikan puisi yang dituliskannya secara khusus untuk Pak Natsir, Puisi yang ditulis Buya Hamka pada tanggal 13 November 1957 setelah mendengar Pidato Natsir yang dengan tegas menawarkan kepada Sidang Konstituante agar menjadikan Islam sebagai dasar negara Republik Indonesia.
Kepada Saudaraku M. Natsir Meskipun bersilang keris di leher Berkilat pedang di hadapan matamu Namun yang benar kau sebut juga benar Cita Muhammad biarlah lahir Bongkar apinya sampai bertemu Hidangkan di atas persada nusa Jibril berdiri sebelah kananmu Mikail berdiri sebelah kiri Lindungan Ilahi memberimu tenaga Suka dan duka kita hadapiSuaramu wahai Natsir, suara kaum-mu Kemana lagi, Natsir kemana kita lagi Ini berjuta kawan sepaham Hidup dan mati bersama-sama Untuk menuntut Ridha IlahiDan aku pun masukkan Dalam daftarmu …….!
Dalam catatan En. Ahmad Azam Abdul Rahman bertajuk Bapak Mohammad Natsir Apresiasi Generasi Kedua Aktivis Islam Malaysia berkongsi wasiat Pak Natsir. Pada awal tahun 2000, iaitu setelah tujuh tahun Pak Natsir kembali bertemu Sang Penciptanya, beliau dikunjungi oleh Pak Basyir Gani, pimpinan Buya Hamka di tebing Danau Maninjau, Sumatera Barat. Pak Basyir adalah 'orang kuat' Pak Natsir di Danau Maninjau. Sebelum melibat diri dalam pesantren, Pak Basyir telah terlebih dahulu mengendalikan kursus mubaligh selama satu tahun atas arahan Pak Natsir.
Pak Basyir menyatakan kepada Ahmad Azam bahawa beliau sedang membangunkan sebuah pesantren di Batu Nanggai, Danau Maninjau sebagai peringatan dan juga penghormatan kepada Buya Hamka. Katanya banyak pesantren yang wujud menggunakan nama Hamka, tetapi di kampung kelahiran Hamka sendiri tidak ada satu pun. Pak Natsir mewasiatkan kepada Pak Basyir supaya mendirikan sebuah pesantren dengan cita-cita melahirkan sekian banyak Hamka-Hamka baru untuk abad mendatang.
Itulah persahabatan sejati saling berapresiasi atas ukhwah fillah. Oleh itu XPDC HAMKA hadir mengisi ruang generasi muda yang akan mengkaji transformasi pemikiran Hamka. Dalam masa yang sama menyaksikan apresiasi umat kepada pemikiran beliau. Insya Allah projek atau misi XPDC HAMKA adalah salah satu bentuk apresiasi kepada Hamka dan cita-cita Pak Natsir untuk melihat generasi pemikiran Hamka pada abad baru.
HAMKA (1908-1981), adalah akronim kepada nama sebenar Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah. Ia adalah seorang ulama, aktivis politik dan penulis Indonesia yang amat terkenal di alam Nusantara. Ia lahir pada 17 Februari 1908 di kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, Indonesia. Ayahnya ialah Syeikh Abdul Karim bin Amrullah atau dikenali sebagai Haji Rasul, seorang pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906.
Hamka mendapat pendidikan rendah di Sekolah Dasar Maninjau sehingga kelas dua. Ketika usia HAMKA mencapai 10 tahun, ayahnya telah mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ Hamka mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. Hamka juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto dan Ki Bagus Hadikusumo.
Hamka mula-mula bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru agama di Padang Panjang pada tahun 1929. Hamka kemudian dilantik sebagai dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padang Panjang dari tahun 1957 hingga tahun 1958. Setelah itu, beliau diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan Profesor Universitas Mustopo, Jakarta. Dari tahun 1951 hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia, tetapi meletakkan jabatan itu ketika Sukarno menyuruhnya memilih antara menjadi pegawai negeri atau bergiat dalam politik Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).
Hamka adalah seorang otodidiak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx dan Pierre Loti. Hamka juga rajin membaca dan bertukar-tukar pikiran dengan tokoh-tokoh terkenal Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas Surjopranoto, Haji Fachrudin, Ar Sutan Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo sambil mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang handal.
Hamka juga aktif dalam gerakan Islam melalui organisasi Muhammadiyah. Ia mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1925 untuk melawan khurafat, bidaah, tarekat dan kebatinan sesat di Padang Panjang. Mulai tahun 1928, beliau mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada tahun 1929, Hamka mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun kemudian beliau menjadi konsul Muhammadiyah di Makassar. Kemudian beliau terpilih menjadi ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Ia menyusun kembali pembangunan dalam Kongres Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta pada tahun 1950.
Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat Muhammadiah. Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali melantik Hamka sebagai ketua umum Majlis Ulama Indonesia tetapi beliau kemudiannya meletak jawatan pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.
Kegiatan politik Hamka bermula pada tahun 1925 ketika beliau menjadi anggota partai politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau membantu menentang usaha kembalinya penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan menyertai kegiatan gerilya di dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947, Hamka diangkat menjadi ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia. Ia menjadi anggota Konstituante Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum 1955. Masyumi kemudiannya diharamkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1960. Dari tahun 1964 hingga tahun 1966, Hamka dipenjarakan oleh Presiden Sukarno karena dituduh pro-Malaysia. Semasa dipenjarakanlah maka beliau mulai menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar dari penjara, Hamka diangkat sebagai anggota Badan Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majelis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional, Indonesia.
Selain aktif dalam soal keagamaan dan politik, Hamka merupakan seorang wartawan, penulis, editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi wartawan beberapa buah akhbar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makasar. Hamka juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat dan Gema Islam.
Hamka juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya kreatif seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar (5 jilid) dan antara novel-novelnya yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastera di Malaysia dan Singapura termasuklah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Kaabah dan Merantau ke Deli.
Hamka pernah menerima beberapa anugerah pada peringkat nasional dan antarabangsa seperti anugerah kehormatan Doctor Honoris Causa, Universitas al-Azhar, 1958; Doktor Honoris Causa, Universitas Kebangsaan Malaysia, 1974; dan gelar Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno dari pemerintah Indonesia.
Hamka telah pulang ke rahmatullah pada 24 Juli 1981, namun jasa dan pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama Islam. Ia bukan sahaja diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sasterawan di negara kelahirannya, malah jasanya di seluruh alam Nusantara, termasuk Malaysia dan Singapura, turut dihargai.
Khatibul Ummah, Jilid 1-3. Ditulis dalam huruf Arab.
Si Sabariah. (1928)
Pembela Islam (Tarikh Saidina Abu Bakar Shiddiq),1929.
Adat Minangkabau dan agama Islam (1929).
Ringkasan tarikh Ummat Islam (1929).
Kepentingan melakukan tabligh (1929).
Hikmat Isra' dan Mikraj.
Arkanul Islam (1932) di Makassar.
Laila Majnun (1932) Balai Pustaka.
Majallah 'Tentera' (4 nomor) 1932, di Makassar.
Majallah Al-Mahdi (9 nomor) 1932 di Makassar.
Mati mengandung malu (Salinan Al-Manfaluthi) 1934.
Di Bawah Lindungan Ka'bah (1936) Pedoman Masyarakat,Balai Pustaka.
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1937), Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
Di Dalam Lembah Kehidupan 1939, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
Merantau ke Deli (1940), Pedoman Masyarakat, Toko Buku Syarkawi.
Margaretta Gauthier (terjemahan) 1940.
Tuan Direktur 1939.
Dijemput mamaknya,1939.
Keadilan Ilahy 1939.
Tashawwuf Modern 1939.
Falsafah Hidup 1939.
Lembaga Hidup 1940.
Lembaga Budi 1940.
Majallah 'SEMANGAT ISLAM' (Zaman Jepang 1943).
Majallah 'MENARA' (Terbit di Padang Panjang), sesudah revolusi 1946.
Negara Islam (1946).
Islam dan Demokrasi,1946.
Revolusi Pikiran,1946.
Revolusi Agama,1946.
Adat Minangkabau menghadapi Revolusi,1946.
Dibantingkan ombak masyarakat,1946.
Didalam Lembah cita-cita,1946.
Sesudah naskah Renville,1947.
Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret,1947.
Menunggu Beduk berbunyi,1949 di Bukittinggi,Sedang Konperansi Meja Bundar.
Ayahku,1950 di Jakarta.
Mandi Cahaya di Tanah Suci. 1950.
Mengembara Dilembah Nyl. 1950.
Ditepi Sungai Dajlah. 1950.
Kenangan-kenangan hidup 1,autobiografi sejak lahir 1908 sampai pd tahun 1950.
Kenangan-kenangan hidup 2.
Kenangan-kenangan hidup 3.
Kenangan-kenangan hidup 4.
Sejarah Ummat Islam Jilid 1,ditulis tahun 1938 diangsur sampai 1950.
Sejarah Ummat Islam Jilid 2.
Sejarah Ummat Islam Jilid 3.
Sejarah Ummat Islam Jilid 4.
Pedoman Mubaligh Islam,Cetakan 1 1937 ; Cetakan ke 2 tahun 1950.
Pribadi,1950.
Agama dan perempuan,1939.
Muhammadiyah melalui 3 zaman,1946,di Padang Panjang.
1001 Soal Hidup (Kumpulan karangan dr Pedoman Masyarakat, dibukukan 1950).
Pelajaran Agama Islam,1956.
Perkembangan Tashawwuf dr abad ke abad,1952.
Empat bulan di Amerika,1953 Jilid 1.
Empat bulan di Amerika Jilid 2.
Pengaruh ajaran Muhammad Abduh di Indonesia (Pidato di Kairo 1958), utk Doktor Honoris Causa.
Soal jawab 1960, disalin dari karangan-karangan Majalah GEMA ISLAM.
Dari Perbendaharaan Lama, 1963 dicetak oleh M. Arbie, Medan; dan 1982 oleh Pustaka Panjimas, Jakarta.
Lembaga Hikmat,1953 oleh Bulan Bintang, Jakarta.
Islam dan Kebatinan,1972; Bulan Bintang.
Fakta dan Khayal Tuanku Rao, 1970.
Sayid Jamaluddin Al-Afhany 1965, Bulan Bintang.
Ekspansi Ideologi (Alghazwul Fikri), 1963, Bulan Bintang.
Hak Asasi Manusia dipandang dari segi Islam 1968.
Falsafah Ideologi Islam 1950(sekembali dr Mekkah).
Keadilan Sosial dalam Islam 1950 (sekembali dr Mekkah).
Cita-cita kenegaraan dalam ajaran Islam (Kuliah umum) di Universiti Keristan 1970.
Studi Islam 1973, diterbitkan oleh Panji Masyarakat.
Himpunan Khutbah-khutbah.
Urat Tunggang Pancasila.
Doa-doa Rasulullah S.A.W,1974.
Sejarah Islam di Sumatera.
Bohong di Dunia.
Muhammadiyah di Minangkabau 1975,(Menyambut Kongres Muhammadiyah di Padang).
Pandangan Hidup Muslim,1960.
Kedudukan perempuan dalam Islam,1973.
[Tafsir Al-Azhar] Juzu' 1-30, ditulis pada masa beliau dipenjara oleh Sukarno.
Dato' Sri Najib Razak, Perdana Menteri Malaysia telah menggagaskan konsep 1 Malaysia yang membawa makna rakyat berdiri, berfikir dan bertindak sebagai bangsa Malaysia yang punya sejarah dan tradisi tersendiri tanpa menafikan setiap kaum. Dasar untuk menolong kaum bumiputera tidak juga dinafikan asalkan dasar itu dilaksanakan dengan cara yang adil dan memberi pertimbangan kepada golongan bumiputera yang layak mendapat sesuatu pertimbangan daripada kerajaan. Ungkapan “Rakyat Didahulukan, Pencapaian Diutamakan” adalah tagline kepada gagasan ini. Dalam menghayati makna sebenar 1 Malaysia rakyat perlu kepada teras yang sudah pastinya adalah perpaduan.
Di mana-mana organisasi, institusi atau negara perpaduan adalah pokok utama dalam mengakar dan merimbun kejayaan. Usaha ini sangat bertepatan dengan masyarakat Malaysia yang berbilang kaum. Wawasan 2020 hanya dapat dicapai dengan kesepaduan pemikiran, hati dan budaya kerja di kalangan semua masyarakat. 1 Malaysia insya Allah mampu untuk memacu matlamat Malaysia sebagai Negara Maju tanpa menafikan elemen agama dan sejarah bangsa. Dikalangan masyarakat wajib pula mendukungi teras 1 Malaysia dengan menghayati amalan hormat menghormati, rendah hati, kesederhanaan dan kebijaksanaan.
Pakej yang wujud dalam Gagasan 1 Malaysia dapat bergerak membentuk satu “unity” yang mengandungi Nilai-nilai Aspirasi. Ada lapan nilai-nilai aspirasi ini iaitu; budaya berprestasi tinggi, budaya ketepatan, keberanian, meritokrasi, kesetiaan, ketabahan, integriti dan cintakan ilmu. Oleh itu, sebagai rakyat Malaysia usaha memahami dan menghayati gagasan ini harus diratakan keseluruh lapisan masyarakat dengan faham yang jelas tidak berbeda-beda mengikut ikut. Jika tidak gagal juga akhirnya sebagaimana dasar dan gagasan idea negara sebelum yang tidak kurang baiknya tetapi disebabkan kefahaman berbeda dalam melihat sesuatu kemudiannya timbul usaha-usaha meruntuhkan asas-asas penting ini.
1. Memberi makna dan kefahaman yang jelas akan teras-teras kenegaraan di dalam mendepani isu semasa yang melingkari sosio-politik Malaysia hari ini dan akan datang.
2. Merintis usaha transformasi Malaysia ke arah kehidupan bernegara yang lebih baik untuk seluruh rakyatnya.
3. Mewujudkan wadah penyampaian dan perbincangan untuk penghayatan makna dan perkaitan antara slogan ‘Satu Malaysia’ dan gagasan ‘Politik Baru’.
4. Menghasilkan gagasan baru melalui pembinaan pemikiran dan pengupayaan kemahiran generasi muda sebagai panduan buat generasi muda hari ini sebagai penerus kesinambungan kehidupan negara Malaysia.
Setelah enam tahun menjalani “tempoh percubaan” akhirnya dasar Pengajaran dan Pengajaran Sains dan Matematik dalam bahasa Inggeris (PPSMI) dimansuhkan baru-baru ini. Selepas Kementerian Pelajaran mengambil tindakan berani itu, masih ada lagi pihak yang mahu mengembalikan PPSMI dalam sistem pendidikan di negara ini.
Selepas kajian secara ilmiah telah dilakukan oleh Permuafakatan Badan Ilmiah Nasional (pembina) menunjukkan lebih banyak kesan buruk daripada baiknya PPSMI, kerajaan diminta supaya jangan berpatah balik sekalipun ada desakan daripada pihak tertentu.
Tokoh akademik, Profesor Diraja Ungku Aziz berkata, keputusan memansuhkan PPSMI adalah suatu yang sangat tepat dan memuaskan hati semua pihak. Malah langkah ini juga ke arah mewujudkan perpaduan menerusi penggunaan satu bahasa iaitu bahasa Melayu sebagai hubungan antara kaum.
“PPSMI sebenarnya adalah satu kesilapan kerana kita mampu mengajar matapelajaran sains dan matematik dalam bahasa Melayu. Universiti Malaya telah melahirkan banyak pensyarah dalam pelbagai bidang dengan menggunakan bahasa Melayu,” tegas Ungku Aziz ketika diwawancara oleh wartawan Mingguan Malaysia, KU SEMAN KU HUSSAIN dan HAFIZAHRIL ABDUL HAMID di kediamannya di Petaling Jaya Jumaat lalu.
Bekas Naib Canselor Universiti Malaya ini juga membayangkan sekiranya PPSMI diteruskan pelajar-pelajar Melayu di desa akan terpinggir dan berhenti sekolah.
“Kalau PPSMI tidak dimansuhkan, pelajar-pelajar Melayu terutama di desa akhirnya menjadi pekerja kelas bawahan, itu pun mungkin susah,” kata Ungku Aziz lagi.
MINGGUAN: Apa pandangan Pak Ungku mengenai keputusan memansuhkan Pengajaran dan Pembelajaran Sains dan Matematik dalam Bahasa Inggeris (PPSMI) dan kembali menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa penghantar?
UNGKU AZIZ: Bagi saya ini adalah satu keputusan yang amat tepat dan mampu memuaskan hati semua pihak di negara ini. Sepatutnya tidak ada lagi mana-mana pihak yang tidak berpuas hati dengan apa yang telah kerajaan lakukan kerana ia mengambil kira kepentingan negara dan kemahuan majoriti rakyat. Sebelum ini saya telah memberikan beberapa ceramah tentang perkara ini dan paling terbaru di Bankers Club. Apa kesan dan implikasinya terhadap sosial politik negara ini. Pada pandangan saya bagi mengukuhkan perpaduan kita perlu kembali pada satu bahasa yang boleh digunakan semua warganegara.
Selepas ceramah saya di Bankers Club di Bukit Bintang, saya keluar dari bangunan itu kita boleh dengar pelbagai bahasa yang diucapkan termasuklah bahasa Hokkien, Mandarin dan sebagainya termasuklah bahasa Melayu. Tapi kalau kita perhatikan di kawasan Bukit Bintang, mereka yang bercakap dalam bahasa Melayu ini tidak ramai, belum lagi di Jalan Petaling.
Mereka ini menggunakan bahasa Mandarin tetapi dalam banyak dialek dan kalau cakap Melayu pun dalam bentuk rojak dan bercampur-campur. Jadi bagi saya perkara utama yang saya ingin tekankan ialah perpaduan negara ini masih belum wujud dengan memuaskan. Maka definisi perpaduan negara ini cukup susah. Saya sendiri rasa kurang jelas. Apa yang dimaksudkan dengan perpaduan negara?
Kalau semua orang boleh bercakap bahasa Melayu, itu akan membantu usaha mewujudkan perpaduan negara. Tapi setakat ini ia belum menuju ke arah itu. Secara asasnya perpaduan negara ini hanya sekitar kita, misalnya tidak melihat pergaduhan antara kaum dan hidup dalam aman damai. Setakat ini toleransi yang ditunjukkan oleh orang Melayu tinggi berbanding kaum-kaum lain. Namun sama ada ia baik untuk orang Melayu menunjukkan toleransi sebegini ia masih menjadi persoalan. Jika tahap toleransi itu naik terlalu tinggi ia akan meletup. Kita kena ingat perkara ini sebagai orang Melayu dan ini yang berlaku ketika peristiwa 13 Mei.
Namun Alhamdulillah, toleransi orang Melayu sangat tinggi jika tidak ada banyak masalah. Kalau ada masalah terutama membabitkan politik orang akan menuding kepada pihak tertentu seperti MCA dan PKR. Orang kata kita tidak boleh cakap tentang kaum-kaum tetapi jika kita lihat senario sebenar kita akan nampak. Saya berpandangan Malaysia merupakan satu contoh baik negara yang wujud toleransi tetapi toleransi ini perlu wujud dalam bentuk yang kuat dan tidak hanya membabitkan satu kaum sahaja.
Kita ambil contoh di sekolah-sekolah matapelajaran diajar dalam bahasa Mandarin seperti yang diterima oleh Menteri Pelajaran. Namun mereka juga perlu bertutur dan bertukar-tukar fikiran dalam bahasa Melayu tanpa ada pilihan lain untuk asas perpaduan. Namun untuk memperoleh pengetahuan dan ilmu banyak yang kita boleh pelajari dengan menggunakan bahasa Melayu.
Universiti Malaya pernah melakukannya pada tahun 1974-1975 para pelajar boleh belajar dalam bahasa Melayu termasuklah pelajar jurusan kejuruteraan dan kedoktoran. Semua ini dilakukan dalam bahasa Melayu dan contoh lain kita boleh ambil Pusat Asasi Sains dan ia terbukti berjaya. Namun datang pula kelompok lain 10 tahun kemudian menukar sistem pembelajaran kepada bahasa Inggeris.
Setelah kita memberi masa enam tahun PPSMI berjalan, kepada Pak Ungku apa kelemahan ketara dasar ini?
UNGKU AZIZ: Sebenarnya semua ini bermula apabila arahan dikeluarkan supaya matapelajaran Sains dan Matematik diajar dalam bahasa Inggeris oleh kepimpinan sebelum ini. Bagi saya ini seolah-olah ada satu magic untuk membolehkan pelajar-pelajar berbahasa Inggeris dengan lebih lancar dan mudah. Ketika itu semua orang akur dengan arahan dan tidak ada sesiapapun yang berani menolaknya termasuklah para menteri. Ramai yang tidak bersetuju dengan pelaksanaan ini tetapi tidak ada yang berani melawan.
Saya telah diberikan satu kajian yang dijalankan Permuafakatan Badan Ilmiah Nasional (Pembina) mengenai PPSMI. Tujuh universiti terlibat dalam kajian ini dan kajian ini telah diberikan kepada Menteri Pelajaran sendiri. Segala butiran yang dikeluarkan adalah berdasarkan fakta. Kajian ini mendedahkan semua kelemahan yang berlaku akibat dari pelaksanaan PPSMI selama enam tahun termasuklah kekurangan guru, serta kelemahan pelajar di desa.
Kita ambil contoh matapelajaran Matematik, ia merupakan satu bahasa simbolik. Ia hanya membabitkan simbol sahaja dan tidak banyak menggunakan perkataan. Kita tidak gunakan perkataan tambah tapi simbol seperti juga simbol bahagi, Algebra dan sebagainya. Orang boleh membuat penilaian hanya berdasarkan simbol namun bagi mereka yang tidak tahu tentang simbol ini mereka tidak boleh membuat perkiraan Matematik. Oleh itu pelajar kena belajar tentang simbol dan bukan belajar bahasa dalam matapelajaran Matematik.
Bagaimana pelajar yang menggunakan bahasa simbol dalam Matematik boleh pandai bahasa Inggeris? Kita lihat orang Cina mahir dalam Matematik, ini kerana dalam penggunaan bahasa dan tulisan mereka banyak simbol daripada huruf. Maka jika para pelajar Melayu dipaksa belajar dalam bahasa Inggeris mereka ini akan lebih terbeban. Mereka perlu belajar Matematik misalnya tetapi pada masa yang sama mereka perlu belajar bahasa Inggeris.
Semasa saya menjadi Naib Canselor Universiti Malaya dahulu saya pilih budak kampung untuk ambil kursus Asasi Sains kerana tidak ramai yang hendak mengambil kursus ini. Mereka diajar selama dua tahun dalam bahasa Melayu dan selepas itu masuk ke fakulti. Dan terbukti mereka ini boleh belajar kursus seperti kejuruteraan dan sebagainya. Tidak ada masalah malah ramai kalangan mereka kini menjadi profesor dan mengajar anak-anak Melayu kita.
Apa pula masalah yang perlu ditangani segera selepas pengajaran dua mata pelajaran itu dalam bahasa Melayu?
UNGKU AZIZ: Dari segi kelengkapan tidak banyak masalah. Ini kerana banyak buku telah diterbit dan diterjemah ke bahasa Melayu. Ini termasuklah kamus-kamus seperti kamus biologi, kejuruteraan dan sebagainya. Bagi saya yang perlu ditekankan adalah pengajaran bahasa dan bukan mengajar bahasa dalam matapelajaran seperti Matematik dan Sains.
Kita ambil contoh kanak-kanak yang memasuki sekolah rendah, penguasaan kosa kata mereka tidak banyak. Tetapi mereka akan belajar lebih banyak dan mampu menulis ayat setelah bersekolah untuk beberapa tahun. Selepas itu mereka ini sudah berkeupayaan untuk bercakap dan selepas masuk sekolah menengah mereka sudah boleh bercakap tentang perkara- perkara yang abstrak. Ini kerana mereka telah belajar perkara-perkara ini secara beransur-ansur dan keupayaan mereka semakin berkembang setelah belajar. Pelajar ini perlu didedahkan dari awal penggunaan bahasa Melayu tidak kira mereka ini orang Cina, Melayu atau kaum lain.
Kita perlu faham bahawa bahasa Melayu dan bahasa Inggeris adalah dua bahasa yang sangat berlainan. Tatabahasa Inggeris banyak diceduk dari bahasa Perancis, Jerman dan bahasa Scandinavia. Dan kemudiannya ia banyak diperbetulkan oleh pujangga agung mereka William Shakespeare kemudiannya barulah ada bahasa Inggeris yang sebenar. Shakespeare merupakan bapa kepada bahasa Inggeris moden dan ia berlaku sekitar kurun ke-17. Tetapi bahasa Melayu sudah ada pada masa itu. Bahasa Melayu sudah digunakan oleh orang Melayu di rantau ini serta di Fiji dan Madagascar. Saya sudah melawat tempat-tempat ini serta melihat buku mengenai nahu mereka dan banyak perkataan Melayu digunakan. Mengikut kajian saya bahasa Melayu sudah wujud lebih dari 1,000 tahun.
Jika kita lihat Angkor Wat di Kemboja, penduduk mereka telah menggunakan bahasa Melayu yang kebanyakannya diambil dari bahasa Sanskrit. Jadi, saya tidak nampak kenapa dengan menggunakan bahasa Melayu kita tidak boleh maju. Saya hairan kenapa kita perlu menggunakan bahasa Inggeris sebagai medium utama pendidikan.
Apa akan jadi jika PPSMI ini diteruskan? Adakah sekadar pelajar kita bijak berbahasa Inggeris dan bahasa Melayu mereka teruk atau pelajar Melayu sendiri yang akan hancur?
UNGKU AZIZ: Jika diteruskan orang Melayu akan hancur. Dalam kajian yang dilakukan oleh Pembina, kumpulan anak Melayu di kawasan desa (luar bandar) akan terus terpinggir dan ramai mereka akan berhenti sekolah dan mungkin berakhir hanya sebagai pemandu dan pekerja kelas bawahan. Itu pun mungkin susah. Ini kerana mereka tidak mampu untuk mengikut rentak perubahan yang ingin dilakukan melalui PPSMI. Mereka ini tidak berupaya untuk belajar matapelajaran Sains dan Matematik dalam bahasa Inggeris dengan cepat seperti pelajar di kota apatah lagi dengan masalah-masalah lain seperti kekurangan guru dan peralatan. Maka bagi saya keputusan yang dilakukan oleh Timbalan Perdana Menteri, Tan Sri Muhyiddin Yassin adalah satu keputusan yang berani dan tepat. Para pelajar akan tetap menggunakan kedua-dua bahasa cumanya ia akan diperbaharui.
Keputusan yang dibuat adalah berdasarkan kajian yang mendalam tapi ini tidak bermakna kita berundur ke belakang. Keputusan itu menunjukkan ada keseimbangan iaitu memartabatkan bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan dan pada masa yang sama kita memperkukuhkan bahasa Inggeris. Bagi saya PPSMI banyak merugikan anak-anak Melayu terutama yang tinggal di desa.
Kalau begitu, benarlah PPSMI adalah satu kesilapan besar yang pernah kita lakukan?
UNGKU AZIZ: PPSMI adalah satu kesilapan. Kita sebenarnya mampu dan boleh mengajar matapelajaran Sains dan Matematik dalam bahasa Melayu. Universiti Malaya telah melahirkan banyak pensyarah dalam pelbagai bidang yang kemudiannya mengajar di universiti lain dalam bahasa Melayu. Tidak ada masalah pun. Pengajaran PPSMI sebelum ini dilakukan dalam pelbagai masalah seperti kurang guru, peralatan dan sebagainya. Masalah juga berlaku akibat dari penambahan pelajar yang ketara berbanding guru yang berkemampuan mengajar dalam bahasa Inggeris. Maka dengan itu kualiti pelajaran dan pengajaran pastinya menurun.
Pelaksanaan bahasa Melayu ini tidak menyeluruh kerana di Sekolah Jenis Kebangsaan Tamil dan Cina, pengajaran Sains dan Matematik digunakan dalam bahasa ibunda. Apa pandangan Pak Ungku?
UNGKU AZIZ: Kita kena faham tentang dialek dari orang Cina dan India tentang perkara ini. Pelajar Cina yang belajar di sekolah rendah mengikut sistem yang sedia ada sekarang belajar mengikut bahasa ibunda. Tapi saya ingin bertanya apakah yang dimaksudkan dengan “bahasa ibunda”? Bagi orang Cina bahasa mereka ialah Mandarin. Apakah bahasa Mandarin itu bahasa Cina? Sebenarnya tidak. Ia (istilah ‘Mandarin’) berasal dari bahasa Melayu.
Saya telah membuat kajian tentang perkara ini. Asalnya bila orang Portugis mahu ke China mereka mahu berjumpa dengan pegawai tinggi dan bertanya apakah status mereka. Jadi orang Portugis di Melaka menyatakan “menteri”. Tapi orang Portugis ketika itu tidak boleh bercakap bahasa Melayu dengan baik.
Jadi perkataan menteri itu disebut kepada “menterin” dan apabila mereka pergi ke negeri China untuk berjumpa dengan pegawai tinggi akhirnya perkataan “menterin” tadi bertukar kepada “Mandarin”. Saya telah menulis tentang perkara ini di dalam majalah Economist di London jadi tidak ada sebarang masalah tentang perkara ini.
Tetapi carilah dalam kamus Cina atau kamus apa sekalipun tentang maksud perkataan Mandarin. Maksud yang tertulis adalah limau mandarin, tidak ada makna lain. Oleh itu tidak ada bahasa Mandarin yang ada hanya bahasa Cina. Para pelajar Cina ini hanya belajar bahasa Mandarin di sekolah tetapi apabila balik ke rumah mereka akan bercakap dalam dialek lain dengan keluarga mereka seperti dialek Kantonis, Hokkien, Teochew.
Cuba kita tanya orang Cina apa bahasa ibunda mereka? Mungkin ada yang kata Kantonis dan sebagainya. Sekarang ini tidak ramai orang muda Cina yang boleh berbahasa Cina dialek Beijing. Begitu juga orang India ada pelbagai dialek seperti Tamil, Urdu, Punjab dan sebagainya. Jadi di mana bahasa ibundanya?
Yang bercakap bahasa ibunda yang betul ialah orang Melayu kerana mereka bercakap Melayu. Ini kerana ibu bapa, nenek dan ahli keluarga mereka semua bercakap bahasa Melayu.
Kalau begitu apa perlunya sekolah jenis kebangsaan kalau mereka juga bukan diajar dalam bahasa ibunda?
UNGKU AZIZ: Jawapannya mudah, ini kerana politik. Tetapi bagi saya untuk mengukuhkan perpaduan, yang perlu ada ialah satu bahasa. Ini kerana hanya dengan cara inilah akan menggalakkan lagi persefahaman dan memudahkan pergaulan antara semua kaum. Kerana itu untuk mengajar dan mencampuri bahasa kebangsaan dengan bahasa Inggeris bagi saya ia sesuatu yang tidak boleh diterima sama sekali.
Bagaimana pula sikap sesetengah pihak yang terus mendesak supaya PPSMI dikembalikan? Adakah kemungkinan PPSMI dikembalikan?
UNGKU AZIZ: Saya sangat berharap tidak akan berlaku dolak dalih bagi memungkinkan pelaksanaan PPSMI dikembalikan. Maksudnya setelah keputusan ini diambil kerajaan tidak akan berundur ke belakang. Saya faham kerajaan mungkin menerima banyak tekanan dari pelbagai pihak supaya PPSMI ini dilaksanakan semula termasuklah dari orang Melayu sendiri. Saya tidak kata kita menolak penggunaan bahasa Inggeris sebab bahasa itu perlu untuk menjadikan negara ini maju. Tetapi saya mahu bahasa Melayu terus unggul di negara sendiri. Kita tidak perlu pinggirkan bahasa Melayu sebaliknya kedua-dua bahasa ini sama-sama naik.
Namun cabaran ini pastinya sangat hebat kerana ada di kalangan kaum lain dan juga sesetengah orang Melayu sendiri yang hanya mahukan bahasa Inggeris sebagai bahasa utama. Kalau kita lihat contoh seperti mereka di Jamaica dan negara-negara di kepulauan Caribbean, mereka tidak ada bahasa kebangsaan. Adakah kita mahu jadi seperti itu? Orang Melayu mesti menghidupkan bahasa Melayu dan berbangga bertutur dalam bahasa Melayu. Namun pada masa yang sama demi kemajuan negara kita mesti mampu berbahasa Inggeris.
Bestari Jaya, 15hb Julai 2009 - Grup Pengkaji Tamadun Dunia (GPTD) Unisel berjaya melaksanakan program Taaruf GPTD UNISEL di Perpustakaan Unisel. Acara yang bermula jam 8.30 hingga 10.30 malam telah dikendalikan oleh Penasihat GPTD, Sdr. Izwan Suhadak Ishak atau lebih mesra dengan panggilan Abang Su. Taaruf ini merupakan susulan selepas Mesyuarat Agung Pertama dan Promosi Keahlian di Pusat Khidmat Pelajar. Seramai 15 orang hadir untuk beramah mesra dan mengenali GPTD UNISEL dengan lebih dekat. Ahli yang hadir diserapkan kepada grup berdasarkan tokoh kajian. GPTD UNISEL akan melancarkan projek pertama iaitu Misi Menjejak Pemikiran Buya Hamka di Maninjau, Indonesia. Projek ini akan dijayakan pada hujung tahun ketika cuti semester. Sementara grup lain masih dalam kajian awal dan perbincangan asas sebelum melaksanakan misi mereka. Mereka akan mengikuti Latihan Sukarelawan Tahap 1 yang dijangkakan di Port Dickson, Negeri Sembilan pada pertengahan bulan Ogos sebagai persiapan spiritual, inteletual dan fizikal sebelum menjalankan misi yang lebih mencabar.
Masyarakat dunia digemparkan dengan keganasan yang berlaku di Wilayah Urumchi, Ibu negeri Xinjiang pada 5 Julai 2009. Rusuhan meletus di antara etnik Uighur (majoritinya masyarakat Islam keturunan Turkik) dan etnik Han. Ini menggusarkan kerana dilaporkan jumlah yang terlibat di antara 1000 hingga 3000 dikalangan orang Uighu. Akhbar The daily Telegraph pula melaporkan pertembungan pada Ahad lalu tercetus selepas etnik Uighur mengadakan demonstrasi menentang pemerintah yang dikatakan tidak adil dalam mengendalikan pertikaian industri di mana berlaku kematian dua orang pekerja Uighur di sebuah kilang alat permainan dalam perkelahian dengan kakitangan etnik Han pada bulan lalu. Rentetan itu, ratusan Han menggunakan kayu sebagai senjata bertempur dengan etnik Uighur.
Berdasarkan sejarah, etnik Han berhijrah ke Urumchi dan kini telah menjadi majoriti mengalahkan bilangan etnik Uighur. Ini menyebabkan berlaku ketidakseimbangan sosial di wilayah itu yang mana suatu ketika dulu adalah majoriti masyarakat muslim. Akibat kebanjiran etnik Han, rumah-rumah etnik Uighur telah dimusnah bagi memberi laluan kepada kemasukan etnik Han malah budaya mereka di kesampingkan dan kini menjadi minoriti di wilayah sendiri. Malah pekerjaan telah dikuasai etnik Han. Maka bermulalah gerakan memperjuangkan nasib bangsa yang dikategorikan pihak berkuasa China sebagai pengganas.
Kumpulan-kumpulan Uighur mengatakan dasar-dasar kerajaan yang menindas demi memberikan tempat kepada penghijrahan etnik terbesar China, kaum Han Cina ke wilayah Xinjiang telah menimbulkan ketegangan etnik dan menaburkan benih-benih keganasan. Kejadian yang berlaku ini tidak mendapat liputan luas media antarabangsa. Umat Islam juga tidak mempedulikan penindasan yang dialami etnik Uighur Muslim ini. Berbanding isu yang berlaku di Gaza, Palestin tetapi mungkin juga disebabkan hampir 6 dekad telah berlangsung barulah ummat mengambil perhatian. Ini tidak berlaku di Urumchi.
Etnik Uighur yang merupakan penduduk asal Xinjiang pernah menikmati kebebasan dalam pentadbiran dan pemerintahan China. Tetapi sejak 20 tahun lalu dasar-dasar China telah melahirkan ketidakpuasan kepada mereka terutamanya berkaitan dengan penempatan semula jutaan etnik Han Cina ke wilayah mereka.
China patut sedar bahawa sikap dan dasar yang menindas ini akan diketahui masyarakat antarabangsa dan China mesti memohon maaf kepada masyarakat Islam seluruh dunia dan masyarakat antarabangsa di atas ketidakadilan terhadap etnik minoriti dan strategi penyusunan etnik yang bias. Jika dilihat pada zaman atau pemerintaha dinasti Ming, tokoh Islam juga ada menjadi pembesar negara Tanah Besar China. Kepakaran dan keilmuan mereka diakui tanda ada sangka buruk. Contohnya Cheng Ho, seorang pelayar muslim yang tersohor di seluruh dunia yang mengemudi kapal untuk membina jaringan diplomatik tanpa agenda penjajahan.
Makluman kepada semua ahli GPTD UNISEL dan pelajar yang berminat, satu program khas iaitu Pertemuan Pertama : Taaruf GPTD akan diadakan bagi memperkenalkan pimpinan & program GPTD UNISEL pada masa terdekat. Oleh yang demikian maklumat berkaitan adalah seperti berikut :
Masa: 8.30 mlm hingga 10.30 mlm
Tarikh: 15 Julai 2009 (Rabu)
Tempat: Bilik Mesyuarat, Perpustakaan UNISEL
Agenda: Taaruf, Intro GPTD, Pelancaran Grup Hamka
*Sila bertanya pustakwaan di kaunter untuk kepastian
Bestari Jaya, 10hb Julai 2009 - Pengerusi GPTD Saudara Jufitri telah merasmikan Mesyuarat Agung Pertama serta penubuhan cawangan GPTD UNISEL Bestari Jaya. Ini adalah cawangan yang kedua selepas GPTD Cosmopoint Kelantan. Alhamdulillah GPTD UNISEL telah membuat pengambilan ahli baru lebih kurang 50 orang pada promosi yang diadakan beberapa hari sebelum majlis berlangsung. GPTD mensasarkan membuat kajian sejarah ke Maninjau di mana tempat lahirnya Buya Hamka. Insyallah kami akan laksanakan pada hujung tahun ini.
“Pesawat MH88 ke Tokyo Narita sudah bersedia untuk berlepas dari pintu C27″, saya mendengar pengumuman dibuat dari corong suara Lapangan Terbang Antarabangsa Kuala Lumpur malam itu.
Kaki melangkah perlahan.
Antara letih, bersemangat, gementar, dan pelbagai perasaan yang bercampur aduk ketika itu.
JEMPUTAN
Jimi dan ‘Boss’ menghulurkan jemputan kepada saya untuk datang ke Jepun, lebih setahun lalu. Pertemuan kami di Masjid al-Syakirin, menghasilkan keputusan bahawa saya akan ke Jepun pada Ogos 2008.
Jemputan yang diterima ini, mengingatkan saya kepada apa yang pernah dibaca dari buku Modernist Islam, 1840 – 1940: A Sourcebook oleh Charles Kurzman. Di dalam buku tersebut, ada dicatatkan sesuatu yang menarik… sesuatu yang entah bagaimana, boleh berkait dengan saya.
MUTSUHITO MEIJI
Lebih 100 tahun yang lalu, tatkala Jepun diperintah di bawah kepimpinan Maharaja Mutsuhito Meiji (1867 – 1912), beliau pernah menghantar surat kepada ‘khalifah terakhir umat Islam’, Sultan Othmaniyyah iaitu Sultan Abdul Hamid II (1876 – 1909) di Istanbul. Surat itu merupakan perutusan dari seorang Maharaja ‘Timur’ kepada seorang Maharaja ‘Timur’ yang lain, menyatakan keinginan Maharaja Mutsuhito untuk mengangkat persamaan ketimuran itu ke tahap yang lebih tinggi.
Maharaja Meiji
“Kita berdua adalah Maharaja Timur, dan sudah tentu menjadi tuntutan keperluan sesama kita dan rakyat kita, untuk bersahabat dan saling berhubung, sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat Barat sesama mereka, tatkala Barat itu juga melihat kita sebagai ’satu’ iaitu ‘orang Timur’. Beta melihat orang Barat menghantar misionari mereka ke negara ini untuk menyebarkan agama mereka kerana kebebasan beragama yang ada di sini…
Beta melihat tuan tidak melakukan perkara yang sama. Beta mahu tuan menghantar pendakwah-pendakwah ke negeri ini untuk mengajar dan menyebarkan agama tuan, yang boleh menjadi asas ikatan moral antara kita!”, titah Maharaja Mutsuhito Meiji di dalam perutusannya kepada Sultan Abdul Hamid II di ibu kota Ummah, Istanbul.
REAKSI KHALIFAH
Kapal terbang Boeing 777-200 meluncur laju meninggalkan landasan. Jauh di bawah kelihatan kerlipan-kerlipan lampu Lembah Kelang. Semoga Allah melapangkan jiwa isteri dan anak-anak saya yang terpaksa ditinggalkan seketika demi suatu misi.
Fikiran saya terbang mencari fakta-fakta yang pernah dibaca itu…
Tatkala tamadun Islam di ambang keruntuhan dek serangan luar dan dalam, ketika itulah suatu negeri baru ditawarkan sebagai tapak menyuburkan Islam… bumi Jepun.
Sultan Abdul Hamid II
Surat Maharaja Meiji itu sangat menarik perhatian Sultan Abdul Hamid II. Di Istana Yildiz, sebuah komiti telah ditubuhkan untuk mengkaji akan hal ini. Komiti itu dibentuk bersama Sheikh al-Islam dan Menteri Pendidikan, kedua-duanya sangat mengambil berat akan pelawaan luar biasa ini. Ketika itu, kedua orang penting Istana ini telah berpakat bersama Sayyid Jamal al-Din al-Afghani, reformis Muslim terkemuka di zaman itu yang bermastautin di Istanbul, untuk menyediakan perancangan berkaitan hal ini. Mereka pergi mengadap Sultan dan diskusi bermula.
“Kami mencadangkan agar sebuah rombongan deligasi dibentuk dari kalangan ilmuan Madrasah Istanbul untuk dihantar ke Jepun”, kata Sheikh al-Islam dan Menteri Pendidikan.
Sayyid Jamal al-Din al-Afghani hanya mendiamkan diri.
Sultan Abdul Hamid II merenung ke arahnya dan meminta pandangan al-Afghani.
Sayyid Jamal al-Din al-Afghani
“Tuanku, ilmuan-ilmuan yang dicadangkan itu telah menjauhkan Muslim dari Islam, bagaimanakah mereka boleh dipertanggungjawabkan untuk mengajak masyarakat Jepun kepada agama kita? Saya berpendapat, adalah penting untuk kita mengkaderkan golongan bijak pandai, memberikan mereka pendidikan khas untuk melayakkan diri mereka memikul tugas ini mengikut keadaan semasa”, tegas Sayyid Jamal al-Din al-Afghani.
Sultan terdiam.
“Buat masa ini, cukuplah dihantar surat perutusan bersama hadiah-hadiah yang sesuai untuk memaklumkan kepada Maharaja Meiji bahawa jemputannya sudah diterima dan diberikan perhatian yang serius. Nyatakan yang tuanku akan menunaikan jemputan itu dengan sebaik mungkin”, simpul Sayyid Jamal al-Din al-Afghani kepada Sultan Abdul Hamid II.
Cadangan itu diterima.
Perutusan dihantar, namun agenda pendidikan khas untuk pendakwah Islam ke Jepun itu tidak terlaksana. Jemputan itu ditelan masa dan hilang dari ingatan…
PAN ISLAMISMA
Malam semakin larut.
Di dalam kepekatan malam, pesawat terus menyeberangi Laut China Selatan menuju ke negeri Matahari Terbit. Saya terus melayan fikiran, meraba-raba ingatan terhadap kehidupan ummah yang pernah gemilang ini. Catatan yang hilang dari keutamaan, kerana apa yang didambakan arus perdana hanya nilai material yang tidak berkesudahan tatkala semuanya tidak kekal.
Sultan Abdul Hamid II menggerakkan Agenda Pan Islamisma beliau dengan begitu agresif. Sayyid Jamal al-Din al-Afghani yang sering berkonflik bersama beliau, adalah ideologue yang tidak boleh dikesampingkan. Pan Islamisma adalah ibarat Islam sebagai ideologi politik, bertujuan membina ikatan emosi dan rasa antara umat Islam seantero dunia, agar bersatu padu mendepani imperialisma Barat yang semakin dominan.
Perutusan Pan Islamisma dihantar ke seluruh dunia.
Dan saya merenung ke luar, melihat pekat malam yang menyelubungi Laut Cina Selatan, menjejaki perjalanan kapal Ertugrul yang belajar atas titah Sultan Abdul Hamid II menuju Jepun.
PELAYARAN ERTUGRUL
607 anak kapal bersama 57 pegawai telah memulakan pelayaran jauh menuju Jepun pada 14 Julai 1889, bersama Kapten Ali Bey sebagai ketuanya. Perjalanan membelah lautan itu sungguh dramatik. Persinggahannya ke India, dan Semenanjung Tanah Melayu sarat dengan pelbagai catatan yang berharga. Masakan tidak, kapal utusan khalifah bangsa Islam itu belayar dengan misi besar, mengajak kaum Muslimin bersatu dari Istanbul ke hujung terbitnya mentari harapan.
Selepas 11 bulan belayar, Ertugrul tiba di Yokohama pada 7 Jun 1890.
Krew kapal Ertugrul disambut meriah
Rombongan yang dipimpin oleh Kapten Ali Bey itu disambut meriah oleh Maharaja Meiji dan penduduk Jepun. Mereka saling bertukar hadiah dan meriam ditembak ke udara sebagai mengalu-alukan ketibaan rombongan yang dinanti-nanti ini. Masyarakat Jepun keluar beramai-ramai berpesta dan berebut-rebut melihat bendera dan kapal Othmaniyyah.
Selama beberapa hari, pelbagai majlis diadakan. Ketibaan kaum Muslimin Othmaniyyah itu amat dialu-alukan.
TRAGEDI
Kapal Ertugrul sebelum pelayaran akhirnya pada tahun 1890
“Tangguhkan sebentar. Ini musim taufan!”, pesan watan kepada tetamu.
Namun Ertugrul tidak bertangguh. 15 September 1890, Ertugrul berlayar meninggalkan Yokohama.
Hari pertama cerah menyinar. Kapal itu ceria dengan 1001 berita yang ingin disampaikan kepada Sultan di Istanbul. Namun segala-galanya bertukar menjadi mimpi ngeri apabila taufan 16 September datang seperti yang dipesan. Ertugrul terperangkap di dalam bencana.
Sehingga lewat malam, kapal dan kira-kira 600 anak buahnya dalam keadaan genting. Pelbagai kerosakan berlaku dan tatkala pekat malam mengundang pagi, Ertugrul terhempas berkecai merempuh terumbu di Pulau Oshima, tidak jauh dari pantai Wakayama yang berbatu.
Dalam jerit pekik warga utusan khalifah, Ertugrul tenggelam ditelan ombak. Lebih 500 anak kapal terbunuh. Maharaja Meiji menyambut berita itu dengan kesedihan.
Tugu peringatan Tragedi Kapal Ertugrul di Pulau Oshima hari ini
Terasa basah air mata saya mengenangkan kemalangan itu. Ia bukan sekadar kemalangan yang menenggelamkan kapal utusan Khalifah, ia juga menenggelamkan harapan ramai umat Islam di Kepulauan Melayu yang turut sama mengirimkan mesej ke kapal Ertugrul agar Khalifah mengusahakan bantuan membebaskan tanah air kita dari penjajahan Britain dan Belanda.
Bukan itu sahaja, ia turut sama menjadi siri bencana yang akhirnya menyaksikan tenggelamnya legasi Ummah apabila Sultan Abdul Hamid II sendiri digulingkan oleh Parti Ittihad ve Terakki pada 1909 dan Khilafah Othmaniyyah dengan rasminya dikebumikan pada tahun 1924… tiada lagi Islam dan Ummah sebagai satu. Turki menjadi Turki, Jepun sebagai Jepun, Tanah Melayu bergelar Malaysia, dan semangat persaudaraan Islam hilang ditelan masa.
MENDARAT
Di dalam pekat malam, saya menunaikan Solat Subuh di dalam pesawat. Boeing 777-200 yang semakin hampir mencecah kepulauan Okinawa di selatan Jepun dinyalakan lampu untuk sarapan pagi.
Maharaja Meiji telah menjemput Islam dan Muslim… seakan semangat penduduk Madinah yang membuka ruang baru selepas kesempitan Mekah yang menekan dakwah.
Namun kelemahan umat, menjadikan jemputan itu tidak terisi. Biar pun Muslim sudah sekian lama bertapak di Bumi Sakura, namun peranan mereka masih berada di dalam tandatanya. Saya teringat kepada komentar Sayyid Jamal al-Din al-Afghani:
“Tuanku, ilmuan-ilmuan yang dicadangkan itu telah menjauhkan Muslim dari Islam, bagaimanakah mereka boleh dipertanggungjawabkan untuk mengajak masyarakat Jepun kepada agama kita? Saya berpendapat, adalah penting untuk kita mengkaderkan golongan bijak pandai, memberikan mereka pendidikan khas untuk melayakkan diri mereka memikul tugas ini mengikut keadaan semasa”
Tersebarkah Islam, jika Muslim yang bertindak melumpuhkannya?
Sesungguhnya telah ada sekumpulan bijak pandai yang dihantar dari watanku Malaysia ke bumi Jepun. Apa yang diperlukan adalah untuk mereka itu diberikan sentuhan khas bagi melayakkan diri memikul tugas yang besar dan mulia ini. Jepun di tahun 2008 tidak mungkin memandang Islam retorik dan idea basi. Ia harus datang sebagai Islam sebenar yang penuh kualiti dan nilai tinggi.
Di atas misi itulah, saya terbang ke bumi Jepun.
Semoga Summer Camp 2008 mampu mencetuskan kualiti yang dicari, agar anak Ummah di bumi Sakura itu mampu menyampaikan mesej Islam yang telah dipelawa lebih sekurun lalu. Itu cita-citaku.
Pesawat MH88 mendarat sempurna di Lapangan Terbang Antarabangsa Tokyo-Narita tepat jam 7:40 pagi. Saya menarik nafas sambil menggenggam erat kedua tangan.
Urusan imigresen berjalan lancar. Tatkala menjalani pemeriksaan kastam, pegawai bertugas memberikan tanda sokongan, memuji saya kerana menulis buku. 40 buah buku Aku Terima Nikahnya saya bawa, sebagai memenuhi permintaan sebahagian peserta yang berhubung sebelum ini. Terkenang kepada sebuah pepatah Cina yang menyebut bahawa, “belumlah seorang itu menjadi lelaki sehingga dia menulis sebuah buku!”.
Ketibaan saya disambut oleh saudara Norhuzaimi dengan penuh kemesraan… Nihon e Youkoso!
Tatkala kaki melangkah naik ke bas menuju ke Mito untuk Summer Camp 2008, fikiran saya melayang melihat kehijauan bumi Jepun yang buat pertama kalinya dijejak diri.
Apabila membaca berita malaysiakini tentang selesema A (H1N1) agak mengejutkan dan menakutkan kerana angka kini meningkat mencecah ke 468 orang pesakit. Menteri kesihatan, Datuk Seri Liow Tiong Lai berkata 34 lagi kes baru wabak selesema A (H1N1) disahkan hari ini, termasuk 12 kes penularan tempatan. Kementerian Kesihatan Malaysia menasihat kepada seluruh rakyat agar menjaya kebersihan diri dan mengikut etika batuk atau bersin yang betul dengan membasuh anggota tangan, muka dan lain-lain.
Cuma di sini ingin ditegaskan bahawa Islam sudah pun menyarankan agar umatnya sentiasa dalam keadaan bersih yakni suci kerana kebersihan adalah sebahagian daripada iman. Malah tuntutan berwuduk diwajibkan jika ingin menunaikan solat. Jika tidak solat pun sunat hukumnya apabila sentiasa dalam keadaan berwuduk. Sebagaimana kisah Bilal yang dijanjikan oleh Allah SWT sebagai ahli syurga dek kerana rutin beliau yang sentiasa suci berwuduk.
Maka inilah hikmahnya, apabila amalan sunnah Rasulullah SAW diamalkan. Dapatlah kita menghindari diri daripada musibah gejala penyakit selsema H1N1. Dalam konteks menikmati makanan juga Islam menyarankan agar umatnya untuk membasuh tangan terlebih dahulu sebelum makan. Begitu juga larangan menyentuh apatah lagi berpeluk dan bercium dengan pesakit yang boleh menyebabkan penyakit merbahaya ini boleh berjangkit di mana Islam telah lama mengajar agar kita jangan menyentuh antara lelaki dan perempuan bukan mahram bagi mengelak penyakit sosial. Dulu ramai yang mempetikaikan apa bahayanya bersentuhan tetapi kini dunia mengiktiraf bahawa adanya sentuhan yang merbahaya kepada kesihatan.
Nah inilah natijahnya jika kita menuruti sunnah Rasulullah SAW, maka terpancarlah keindahannya Islam. Oleh yang demikian, mesej yang ingin disampaikan adalah janganlah kita meninggalkan solat kerana apabila kita ingin memenuhi kewajipan solat kenalah kita berwuduk. Apabila kita mengambil wuduk insya Allah terhindarlah kita daripada gejala selsema A (H1N1).
Dengan segala hormatnya menjemput mahasiswa Universiti Industri Selangor untuk ziarah ke kaunter GPTD UNISEL & sertai kami. Oleh itu jangan lepaskan peluang, KITA JUMPA DI SANA.
Tempat: Pusat Khidmat Pelajar (PKP)
Tarikh: 7 - 8 Julai 2009
Masa: 8.00 malam - 11.00 malam
Bagi mahasiswa yang mendaftar sebagai ahli, diskaun akan diberikan sebanyak 10% untuk penyertaan program & aktiviti yang akan datang. Sekian terima kasih!
WAN RITINI WAN ISMAIL Jawatankuasa Promosi Keahlian
Cheng Ho adalah seorang sida-sida di zaman Dinasti Ming bawah pimpinan Maharaja Yung-lo dan merupakan ketua komandan ekspedisi armada China pada awal abad ke 15.
Lahir dalam keluarga yang bernama Ma, mungkin berasal dari keturunan Mongol-Arab, di Wilayah Yunnan, Cheng Ho telah dipilih untuk dikasi oleh pemerintah yang berkuasa yang sedang merekrut sida-sida pada tahun 1381, ketika dia berumur sekitar 10 tahun.
Cheng Ho telah ditugaskan menjadi pendamping kepada Panglima Besar bernama Chu Ti (yang kemudiannya menjadi Maharaja) dalam kempen peperangannya untuk merebut kuasa menakluki takhta dinasti pada tahun 1402.
Maharaja Hui Ti yang telah melarikan diri ke luar negara (ada yang berpendapat dia ke luar negara untuk tujuan perdagangan)telah memberi inspirasi kepada Maharaja Yung Lo untuk menjalinkan hubungan luar dengan negara-negara lain dengan mengirim ekspedisi Cheng Ho.
Dalam tempoh 28 tahun, iaitu dari tahun 1405 hingga 1433, Cheng Ho telah mengarahkan tujuh ekspedisi dan telah mengunjungi lebih 37 buah negara bermula dari Champa di sebelah pantai timur hingga ke Afrika di sebelah barat.
Sebanyak 1,180 kapal pelbagai jenis dan ukuran telah dibina untuk tujuan itu. Saiz-saiznya berbeza dari satu armada ke armada yang lain.
Ekspedisi pertamanya terdiri daripada 27,800 pelayar dan 62 kapal armada dan 255 kapal kecil yang membawa barangan sutera, perhiasan, dan produk-produk berharga lain.
Semua pelayaran adalah di bawah perintah peribadi Cheng Ho. Namun, dia memberi kepercayaan penuh kepada laksaman-laksamana lain untuk melakukan pelayaran kecil yang bukan dalam laluan utama ekspedisinya.
Negara-negara yang dikunjungi adalah dari negara-negara terdekat, seperti Champa, Sumatera, Jawa,dan Tanah Melayu hingga ke negara-negara jauh di Timur, termasuk Arab dan tempat-tempat di sebelah timur pesisir Afrika, seperti Mogadishu dan Brawa.
Tujuan dari pelayaran ini adalah untuk meyakinkan orang asing dari tentang keterbukaan Cina, memperluas pengaruh dengan pemberian hadiah dan perkenalan kepada pemimpin-pemimpin dari luar kerajaan, dan melaporkan keadaan luar negara kepada Maharaja.
Dalam masa yang sama, armada Cheng Ho juga berjaya menghapuskan lanun laut Cina yang kuat, campur tangan dalam perang Jawa, dan membantu mengembalikan penguasa yang sah di Sri Lanka.
Armada yang dipenuhi banyak produk eksotik asli telah menarik perhatian ekspedisi-ekspedisi lain yang sering mengikutinya untuk memberi perutusan penghargaan dari pelbagai negara.
Setelah kematian Maharaja Yung Lo pada tahun 1424, ekspedisi ini dihentikan kerana didakwa tidak bermanfaat dan merugikan negara.Cheng Ho kemudiannya dilantik menjadi Komandan di Nanking. Pelayaran terakhirnya (1432-1433) adalah di sewaktu pemerintahan Maharaja Hsüan-te. Cheng Ho dipercayai meninggal dunia pada usia sekitar 63 - 65 (tahun 1433 - 1436).
Ekspedisi Cheng Ho ini dilakukan hampir satu abad sebelum Christopher Columbus dan Vasco de Gama, tidak hanya memperkuat pengaruh Cina di dunia tetapi juga prestasi uniknya dalam sejarah perusahaan maritim harus diakui.
Hari ini, 546 tahun yang silam, Muhammad bin Murad melukir satu sejarah dengan menawan kota yang sangat kuat pertahanannya - Konstantinapol. Tulisan ini cuba melihat bagaimana seorang pemimpin seperti Muhamad Murad yang kemudiannya diberikan gelaran Muhammad Al Fatih, telah berjaya dilahirkan. Adakah di sana satu metod tertentu untuk mencetak pemimpin seperti beliau dan bagaimanakah cara untuk berbuat demikian.
Keperibadian Sultan Muhammad Al-fatih
Peribadi dan kepimpinan Muhammad Al Fatih menunjukkan beliau mempunyai ciri berikut;
a. Asuhan dan disiplin Islam yang kuat. b. Mempunyai matlamat hidup yang ingin dijayakan c. Kehendak yang kuat d. Sabar dan ketahanan ruhani yang kuat e. Pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan untuk misinya, atau mendapatkan bantuan pakar dalam bidang masing-masing bagi tujuan melengkapkan skil berkenaan. f. Ibadah dan pergantungan yang kuat dengan Pencipta
Teknologi Pertahanan Konstantinople
Sebelum isu ini dikupas lebih lanjut, kita tinjau dulu bentuk pertahanan Kota Konstantinapole itu sendiri yang sangat menakjubkan;
Kota ini berbentuk tiga segi. Dua bahagian kota menghadap laut iaitu Selat Bosporus dan Laut Marmara. Bahagian daratan dilingkungi oleh sebuah benteng yang sangat kukuh;
a. Bahagian luar kota dilingkungi oleh sebuah parit besar. Dalamnya 10 meter dan lebarnya 60 meter. b. Ada dua tembok iaitu tembok luar dan tembok dalam. Tembok luar sahaja setinggi 25 kaki dan setebal 10 meter. c. Tembok dalam pula setinggi 40 kaki tinggi dan 15 meter tebel. d. Terdapat menara kawalan sepanjang tembok dalam dengan ketinggian 60 meter! e. Terdapat 400 battalion tentera terlatih mengawal tembok ini sepanjang masa.
Dengan kedudukan pertahanan seperti itu, hampir mustahil untuk tembok ini dicerobohi.
Di bahagian laut pula, terdapat rintangan rantai besi yang kuat di letakkan di Selat Bosporus yang digunakan untuk menghalang kapal-kapal melepasinya. Konstantinapole telah menjadi ibu kota Empayar Bizantin untuk berkurun-kurun dan dikenali sebagai kota yang paling makmur dan terkaya di Eropah. Ia terletak di pertemuan antara Asia dan Eropah dan Laut Mediterranean dan Laut Hitam. Justeru, ia sangat strategik baik dari segi perdagangan mahupun geo politik.
Mesej Rasulullah
Sejak Rasulullah s.a.w mengungkapkan bahawa nanti Kota penting ini akhirnya akan jatuh di tangan seorang pemerentah yang terbaik, memimpin tentera yang terbaik sepanjang zaman, telah banyak percubaan dibuat untuk menawan kota ini, namun tidak berjaya. Sahabat seperti Abu Ayub Al Ansari juga telah berusaha dan mereka telah mengepung kota ini selama tujuh tahun, tetapi masih gagal.
Hanya 800 tahun selepas sabda Nabi yang Mulia itu, sabda yang menakjubkan ini menjadi kenyataan. Sultan Muhammad bin Murad yang kemudian lebih masyhur dengan gelaran Sultan Muhammad Al Fatih telah memulakan pengepungan ke atas Konstantinapole pada hari Khamis, 5 April 1453 dan berjaya membuka kota ini pada 29 Mei 1453, hari tulisan ini dipostkan.
Sungguhpun pengepungan ini berlangsung selama hampir dua bulan sahaja, program penaklukan ini telah berjalan lama!
Ia bermula apabila bapa Sultan Muhammad Al Fatih, Sultan Murad memilih guru-guru yang terpilih untuk mendidik anak raja ini, yang waktu itu, seorang anak yang nakal.
Sejak berumur sembilan tahun, Sultan Muhammad telah mengalami pendidikan disiplin yang ketat. Rasa bebas dan nakal sebagai anak raja yang masih kecil mula berakhir apabila bapa baginda memberikan kebebasan kepada guru-guru beliau untuk membentuk dan mendidik Muhammad.
Rotan turut digunakan oleh gurunya untuk mendisiplinkan anak ini. Dalam satu kejadian, Muhammad telah sengaja dirotan dengan teruknya tanpa sebarang kesalahan yang dilakukan oleh beliau. Tujuan guru beliau berbuat demikian ialah untuk membentuk perasaan belas kasihan dan sikap adil dan saksama dalam jiwa bakal Sultan ini. Supaya nanti baginda dapat mengambil keputusan berpaksikan keadilan dan memahami perasaan orang-orang yang tidak diperlakukan dengan adil!
Sultan Muhammad dibimbing untuk menghafal Al Qur'an. Dilatih untuk sembahyang malam. Dibentuk menjadi wara' dan zuhud. Diasuh mencintai ilmu dan ulama'. Mempunyai budi pekerti yang baik dan perasaan yang halus. Keunggulan pendidikan keruhanian Sultan Muhammad ternyata apabila baginda akan dilantik menggantikan bapanya secara rasmi sebagai pemerentah Kesultanan Uthmaniah, beliau menangis teresak-esak. Gurunya lah yang telah mengarahkan beliau menerima tanggungjawab itu atas hujjah bahawa se orang berkaliber seperti beliau wajib memikul amanah ummah dan itu jihad dan ibadah yang lebih besar.
Pendidikan Sultan Muhammad di istana baginda hampir komprehensif. Sebagai bakal raja dalam persekitaran Eropah dan pusat perdagangan dan diplomatik, baginda dapat berbahasa lebih dari lima bahasa. Sudah tentu baginda fasih dalam bahasa Arab.
Baginda juga diajar matapelajaran sejarah, geografi dan astronomi. Pakar ketenteraan juga diundang untuk memberikan pendedahan ketenteraan kepada beliau.
Strategi Penaklukan
Lama sebelum program pembebasan Konstantinapole dimulakan, Muhammad Al Fateh telah berbincang dengan pakar sejarah dan ketenteraan mengenai sebab-sebab kegagalan ekpedisi penawanan Konstantinapole sebelum ini. Apa rahsia kekuatan pertahanan kota itu dianalisa. Bagaimanakah caranya untuk mengatasi halangan-halangan itu juga dibincangkan.
Dari perbincangan itu, antara lain mereka mengenal pasti hal berikut;
a. Dinding tembok itu terlalu tebal dan pada waktu itu belum ada teknologi yang boleh meruntuhkannya. Sultan Muhammad telah mengarahkan dicari satu teknologi yang boleh meruntuhkan tembok itu.
Tentera baginda akhirnya berjaya mencipta meriam yang paling canggih dengan bantuan seorang pakar senjata bangsa Hungary yang telah diculik dari kurungan dalam penjara Konstantinapol dengan mengorek lubang bawah tanah yang dalam dan panjang!.
Berat setiap meriam ciptaan baru ini ialah 700 pauns! Ia perlu ditarik oleh 100 ekor kuda dan seratus orang tentera. Bila diletupkan, bunyinya boleh didengar sejauh 13 batu! Setiap tembakannya akan menyebabkan tembok yang kuat berlubang seluas enam kaki. Nah! Benteng besar itu sekarang telah menemui ruasnya.
b. Rantai besi yang kuat yang dirintangi menghalang laluan kapal. Ia menghalang bantuan dan pergerakan melalui laut.
Sultan Muhammad telah mencipta satu plan luar biasa mengatasi halangan ini. Ia adalah antara rekod sejarah yang menakjubkan dari segi kreativiti dan kekuatan keinginan seorang pemimpin. Baginda mengarahkan pembinaan kapal di daratan. Dibuat pada sebelah malam supaya tidak disedari oleh musuh. Mesti disiapkan dalam masa yang singkat. Kapal ini diluncurkan dari daratan sejauh 5km ke lautan dengan meletakkannya tergelunsur di atas batang-batang kayu yang telah diatur dan telah diminyakkan untuk melicinkan perjalanan kapal-kapal itu.
Pada masa yang telah ditetapkan, kapal-kapal ini dilancarkan dari daratan dan muncul di depan Kota Konstantinapole sebelah lautan dengan melepasi rantai besi yang telah terpasang! Ia memeranjatkan tentera musuh. 400 kapal musuh terbakar dan serangan dari lautan berjalan serentak dengan pengepungan sebelah daratan.
c. Lazimnya bila tentera sampai di pantai menghadap Kota ini, mereka terdedah kepada serangan musuh kerana kawasan yang terbuka dan jika sekiranya satu benteng pertahanan mengelakkan serangan hendak dibina, ia memakan masa selama setahun.
Sultan Muhammad telah mengarahkan benteng pertahanan menghadap tembok kota Konstantinapole itu dibina dalam masa tiga bulan dengan menggunakan segala teknik pembinaan semasa yang canggih. Benteng Rumeli Hissari dibina di tebing sebelah Eropah, lebih kurang 5 batu dari Kota Konstantinople di mana Selat Bosphorus adalah yang paling sempit. Ia dibina bertentangan dengan Benteng Anadolu Hisar di tebing sebelah Asia yang telah dibina oleh Sultan Bayazid Yildirim dahulu.Ia memang berjaya disiapkan seperti direncanakan.
Dari mana kekuatan keinginan seorang pemimpin ini diperolehi oleh Sultan Muhammad? Gurunya bukan sekadar menyuntikkan kekuatan ruhani kepada bakal Sultan in, tetapi juga telah menyuntik sikap terbuka terhadap teknik dan teknologi baru yang diperlukan untuk misi mereka. Mereka juga menyuntik sikap berminda strategik dan kreatif.
Sultan Muhammad dapat menganalisa dengan tepat permasaalahan dan mencari jalan penyelesaian terhadap setiap permasalahan itu secara praktikal sebelum melancarkan misinya.
Visi Misi yang Jelas
Tetapi yang paling penting, sejak kecil lagi guru-guru baginda telah membentuk minda baginda untuk merasakan dirinya lah yang disebutkan oleh Rasulullah s.a.w sebagai raja terbaik yang memimpin tentera terbaik yang akan dapat membebaskan Konstantinbapole. Sasaran, visi dan misi yang jelas, yang disuntikkan ke dalam minda banginda ternyata berkesan. Dari kecil, Sultan Muhammad mengimpikan bagindalah pembebas itu!
Baginda bergerak selari dengan impian ini. Akhirnya, ia adalah sebuah kenyataan.
Dari sudut kepimpinan, bapa baginda seorang yang berpandangan jauh. Sejak umur 14 tahun, Muhammad telah diminta menguruskan empayar dengan alasan, bapanya ingin menumpukan kepada ibadah. Namun, dalam dua keadaan kritikal, bapa baginda pulang semula untuk memimpin Kerajaan Uthmaniah. Selepas ancaman kritikal itu diatasi, Muhammad diberikan peluang untuk menguruskan semula empayar yang sedang berkembang itu.
Melalui pendedahan berbentuk bimbingan ini, Muhammad terlatih menjadi pemimpin yang berkualiti. Ditambah, sepanjang hayat baginda, guru-guru baginda yang menjadi rujukan keruhanian dan kebijaksanaan, sentiasa bersama baginda. Hatta, ketika pengepungan kota itu berlangsung, gurunya mengimamkan solat hajat semua tentera Sultan Muhammad.
Melihat 150,000 tentera Islam berbaris rapi untuk bersolat di luar kota itu, cukup untuk menakutkan musuh yang sedang berkawal dalam kota!
Pada hari pembukaan Kota Kontantinapole yang bersejarah itu, Sultan Muhammad bersujud syukur. Sepanjang kempen, baginda tidak putus-putus mengarahkan tenteranya bertakbir dan melaungkan slogan-slogan bersemangat, termasuk motivasi berasaskan hadis Nabi bahawa Konstantinapole akan dibebaskan oleh tentera yang terbaik dan merekalah tentera terbaik yang dijanjikan oleh Nabi itu. Pembinaan Karakter berasaskan Solat
Pada kali pertama solat Jumaat hendak didirikan di dalam Kota Konstantinapole yang baru sahaja dibebaskan, timbul pertanyaan siapa yang layak menjadi imam solat Jumaat yang pertama itu. Baginda memerintahkan kesemua tenteranya termasuk dirinya berdiri dan diikuti pertanyaan:
“Siapa di antara kita sejak baligh hingga sekarang pernah meninggalkan solat fardhu walau sekali sila duduk!”. Tiada seorang pun yang duduk, kerana tidak seorang pun di antara mereka pernah meninggalkan solat fardhu.
Pertanyaan seterusnya, “Siapa di antara kita yang sejak baligh hingga kini pernah meninggalkan solat sunat rawatib sila duduk!”. Sebahagian daripada tenteranya duduk.
Kemudian Baginda bertitah, “Siapa di antara kamu sejak baligh hingga ke saat ini pernah meninggalkan solat tahajjud walaupun satu malam, sila duduk!”.
Kali ini semuanya duduk, kecuali baginda sendiri sahaja yang tetap berdiri! Subhaanallah! Baginda tidak pernah meninggalkan solat fardhu, Solat Sunat Rawatib dan Solat Tahajjud sejak baligh. Tepatlah janji Rasulullah s.a.w dan kota ini kemudian bertukar nama kepada Instanbul.
Sang Murabbi yang mendidik Muhammad Al-Fatih
Sekarang, marilah kita mengenali secara ringkas guru-guru yang berjasa besar membentuk Sultan Muhammad.
Pertama, Ahmad 'ibn Ismail Al-Kori: Guru istimewa ini menunjukkan role model kepada Sultan Muhammad. Seorang yang wara', tidak menyembah Sultan sama seperti orang lain memberikan tunduk hormat, memanggil nama Sultan dan kerabat mereka dengan nama mereka masing-masing tanpa sebarang panggilan gelaran, Bersalaman dengan mereka tanpa mencium tangan mereka.
Sepanjang Ramadhan, Sultan Muhammad menghadhiri kelas mentafsir ayat-ayat Al Qur'an yang diadakan di istana baginda selepas solat zuhur, dengan guru-guru yang bersilih ganti.
Ahmad ibn Ismail lah yang mengajarkan Al Qur'an, hukum-hukum agama dan kepatuhan padanya. Ia juga membentuk rasa taqwa dalam jiwa Sultan Muhammad dengan berbagai cara, termasuk nasihat-nasihat yang berkaitan dengan tugas pemerentah.
Kedua ialah Sheikh Muhammad bin Hamzah al-Rrouhy, lebih dikenali sebagai Ba'q Shamsuddin. Beliau meninggalkan kesan yang sangat mendalam terhadap keperibadian Sultan Muhammad. Beliau telah menginspirasikan Sultan MUhammad meningkatn aktiviti dakwah dan keislaman di bawah Empayar Othmaniah sebagai satu cara memperkuatkan empayar tersebut.
Beliaulah yang paling giat meyakinkan Sultan Muhammad bahawa beliau adalah raja terpilih seperti yang dimaksudkan oleh Rasulullah s.a.w dalam sabdanya itu. Selain mengajarkan teras-teras ilmu Islam, Shamsuddin juga bertanggungjawab mengajar sains, matematik, sejarah, strategi perang, astronomi dan lain-lain.
Beliaulah yang telah merotan Muhammad di masa kecil tanpa sebab. Beliaulah yang mententeramkan Sultan Muhammad yang menangis kerana enggan menjadi raja. Beliaulah yang telah ditanya oleh Sultan Muhammad samada beliau boleh bersara selepas lama memerentah kerana ingin menumpukan kepada ibadah tetapi dijawab, ibadah sebagai Sultan yang adil adalah lebih berharga lagi.
Shamsuddin meletakkan insipirasi dalam dada Sultan, memberikan baginda tujuan dan misi pemerentahan yang jelas dan bersama baginda sehingga cita-cita itu tercapai. Kerana itu lah, beliau dikenali sebagai Penakluk Ruhani Konstantinapole. Guru yang merancang lahirnya seorang pemimpin dan terukirnya sebuah sejarah. Insan pada sisi lain Sultan Muhammad Al Fatih.
Badiuzzaman Said Nursi dilahirkan di perkampungan Nurs di Wilayah Bitlis, yang terletak di timur Anatolia pada tahun 1876M, iaitu tahun Sultan Abdul Hamid II menaiki takhta pemerintahan Uthmaniyyah.
Beliau yang kemudiannya diberi gelaran Badiuzzaman (Keagungan Zaman) berketurunan Kurdi dan tidak bertutur di dalam Bahasa Turki, hinggalah beliau berhijrah ke bandar Van.
Semasa di Van, beliau telah membuat analisa terhadap tahap kefahaman masyarakat tempatan, khususnya kaum Kurdi terhadap Islam.
Akhirnya beliau membuat kesimpulan bahawa beliau berkewajipan untuk belajar ilmu-ilmu Sains supaya dapat disinergikan dengan ilmu teras Islam yang lain.
Badiuzzaman Said al-Nursi telah meluangkan masa belajar dengan tekun ilmu Geografi, Fizik dan Falak.
Beliau seterusnya mengusahakan agar ilmu Sains ini diajar seiringan dengan ilmu agama agar mereka yang tidak dapat memahami kecuali melalui ‘bahasa Sains’ akan dapat juga sampai kepada hakikat Iman.
Ketika berlakunya kucar kacir besar-besaran di Istanbul pada 13 April 1909 yang membawa kepada tersingkirnya Sultan Abdul Hamid II dari takhta Khalifah, Parti Ittihad ve Terakki telah pun menguasai negara. Mereka telah menangkap ramai sarjana Islam dan diheret ke muka pengadilan.
Di antara mereka itu ialah Badiuzzaman Said al-Nursi. Tetapi disebabkan oleh kepintarannya berhujah, mahkamah gagal mensabitkan beliau dengan sebarang pertuduhan, dan akhirnya dibebaskan.
Badiuzzaman Said al-Nursi juga pernah pergi ke Syam (Damsyiq) dan menyampaikan khutbahnya di Masjid al-Umawi di sana.
Khutbah yang disampaikannya di situ dikenali sebagai al-Khutbah al-Syâmiyyah, menjelaskan tentang sebab-sebab kemunduran umat Islam sebagaimana yang diperhatikannya.
Beliau juga telah secara sukarela menyertai Perang Dunia Pertama bersama-sama dengan 3000 orang anak muridnya.
Mereka bertempur dengan tentera Russia yang bekerja keras menawan Bitlis. Selepas ramai tentera Russia terbunuh di satu pihak, serta tentera Islam dari kumpulan Turki dan Kurdi di satu pihak yang lain, akhirnya Bitlis jatuh ke tangan Russia.
Badiuzzaman Said al-Nursi telah ditawan dan dipenjarakan.
Akan tetapi, semasa di penjara itu, beliau tetap meneruskan kerjanya mengajar Islam kepada tawanan perang.
Badiuzzaman telah berjaya melepaskan diri dari tawanan tersebut dan melarikan diri ke Siberia.
Kemudiannya beliau ke Eropah dan seterusnya pulang ke Istanbul melalui Warsaw, Berlin dan Vienna.
Di Istanbul, Enver Paşa yang merupakan Timbalan Menteri Pertahanan ketika itu telah mengurniakan Badiuzzaman Said al-Nursi pelbagai anugerah kehormat di atas jasanya memimpin orang ramai ke arah bangkit menentang penjajahan Russia.
Enver Paşa juga telah melantik beliau menjadi anggota Darü’l-Hikmeti’l-Islamiye, sebuah akademi yang menghimpunkan sarjana Islam di Istanbul ketika itu.
Selepas berlakunya Perang Kemerdekaan dan berjayanya Dewan Perhimpunan Kebangsaan Turki dibentuk, kabinet Atatürk telah menjemput Badiuzzaman menyertainya di Ankara.
Jemputan itu diterima, namun selepas tibanya Badiuzzaman ke Ankara, dia tidak dapat bersekongkol dengan mereka kerana beliau mendapati anggota kabinet itu tidak patuh kepada Syariat Islam.
Beliau menegur Atatürk dan anggota kabinetnya, “tidak ada kebaikan yang boleh saya harapkan daripada golongan yang mengabaikan Solat!”
Selepas itu, Badiuzzaman Said al-Nursi meneruskan kegiatannya berdakwah, mendidik masyarakat dan sentiasa berulang alik di antara penjara dan pembuangan, hasil tekanan yang dibuat oleh regim Atatürk.
Pada tahun 1935, kerajaan Republik Turki telah membuat pertuduhan terhadap Badiuzzaman bahawa kononnya beliau menubuhkan sebuah gerakan rahsia yang menentang pemerintah.
Beliau telah didakwa di Mahkamah Eskişehir dan kemudiannya dibuang ke Kastamonu. Manakala pada tahun 1943, Mahkamah Denizli telah mendakwa Badiuzzaman Said al-Nursi bahawa beliau memimpin sebuah pergerakan rahsia yang bertujuan menggulingkan pemerintah, serta menuduh Atatürk sebagai ‘Dajjal dan Pembinasa Agama’.
Pendakwaan itu berlangsung selama 9 bulan. Beliau akhirnya dibebaskan daripada pertuduhan tetapi ditahan daerah di Emirdağ, sebuah bandar di daerah Afyon.
Pada tahun 1952, Badiuzzaman tiba di Istanbul tetapi kemudiannya pulang semula ke Emirdağ dan di peringkat inilah, risalah-risalah karangannya, dikumpul dan ditulis dengan huruf Arab untuk disebarkan kepada orang ramai.
Pengikut Badiuzzaman menjadi semakin ramai khususnya selepas tahun 1950 iaitu di era pemerintahan İsmet İnonu.
Penulisan Badiuzzaman telah menjadi pembimbing yang besar kepada umat Islam di Turki.
Beliau menulisnya secara non-linear iaitu mentafsirkan ayat-ayat al-Quran bukan mengikut susunan Surah atau Ayat.
Sebaliknya berdasarkan kepada keperluan masyarakat menerusi isu-isu yang timbul dari semasa ke semasa.
Beliau sendiri menggelar Risalahnya sebagai “penolak keraguan yang ditimbulkan oleh Syaitan-syaitan Jin dan manusia, serta pengukuh Aqidah kaum Muslim di jalan yang Haq dan betul”.
Pada tahun 1960 Said al-Nursi berhasrat untuk berpindah dari İsparta ke Urfa. Di rehlah kali inilah, Badiuzzaman Said al-Nursi menghembuskan nafasnya yang terakhir selepas suatu perjalanan hidup yang panjang dan berliku, iaitu pada 23 Mac 1960 bersamaan 25 Ramadhan 1379.
Beliau selamat dikebumikan di Urfa.
Akan tetapi pada 11 Julai 1960, Revolusi Tentera telah menggulingkan pentadbiran kabinet Adnan Menderes dan beliau sendiri dihukum gantung oleh pihak Tentera dengan alasan bersikap acuh tidak acuh di dalam mengekang kebangkitan semula golongan pro-Islam.
Pada masa itulah, anggota revolusi telah mengarahkan supaya makam Badiuzzaman Said al-Nursi dibongkar dan jenazahnya dikeluarkan untuk dipindahkan ke İsparta.
Di bandar itulah, Badiuzzaman Said al-Nursi bersemadi di suatu tempat yang tidak diketahui, hingga ke hari ini.
Badiuzzaman Said al-Nursi telah mewariskan hasil pemikirannya di dalam jumlah yang besar. Antaranya ialah:
1.Sözler (al-Kalimât) yang terdiri daripada 33 Risalah.
Mektubât, terdiri daripada 50 Risalah.
Lem’ât, terdiri daripada 15 Risalah.
Juzuk tambahan kepada Rasâil al-Nur iaitu Lâhika Kastamonu, Lâhika Emirdağ dan Lâhika Barla.
2. Tulisan-tulisan lain seperti İşaratül-'İcaz, Mesnevi-i Nuriye dan sebagainya
Dakwah yang dilakukan oleh Badiuzzaman Said al-Nursi menonjolkan kesungguhan beliau memecahkan kebekuan tradisi pengajian ilmu Islam, mendorong kepada penguasaan ilmu Syariat dan Sains dan saling mempergunakan kedua-dua ilmu tersebut ke arah memahami hakikat Iman.
Beliau tidak banyak mendatangkan perselisihan pandangan Ulama, sebaliknya banyak memfokuskan kepada meneroka pelbagai kaedah penyampaian demi membolehkan semua lapisan masyarakat dapat memahami mesej yang hendak diketengahkan.
Semoga Allah mengurniakan sebaik-baik ganjaran untuk Badiuzzaman Said al-Nursi yang kehidupan dan matinya bujang, kerana berkahwin dengan perjuangan yang gigih dan berpanjangan.
(Dipetik dari weblog Taman Ulama yang bersumber dari: Kertas kerja Seminar Di Ambang Keruntuhan Uthmaniyyah: Pengajaran Buat Ummah oleh Ustaz Hasrizal Abdul Jamil pada 4 Februari 2006. Artikel asal bertajuk Dakwah Badiuzzaman Said al-Nursi.)